Mahasiswa Baru Diminta Setor Akun Medsos

Mahasiswa Baru Diminta Setor Akun Medsos
Menristekdikti Mohamad Nasir bertemu para rektor se-Indonesia dalam rangka upaya menangkal radikalisme di kampus. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta publik tidak mengidentikkan radikalisme dengan Islam. Semua ajaran agama membenci radikalisme, yang bermasalah adalah oknumnya.

"Pelaku radikalisme bukan hanya Islam, agama lain juga ada. Contohnya di Sulawesi Utara, pelaku radikalisme non muslim tapi kan ini tidak terekspos. Yang di-blowup media kalau pelakunya muslim," beber Menteri Nasir usai pertemuan para rektor perguruan tinggi negeri se- Indonesia dalam upaya menangkal radikalisme di Jakarta, Senin (25/6).

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Panut Mulyono menyebutkan, mahasiswa terpapar radikalisme bukan di dalam kelas. Namun di luar kampus seperti masjid, musala, kos-kosan, atau tempat-tempat tertentu pada lingkungan sekitar.

"Sebenarnya di kampus itu bisa dikontrol semua kegiatan mahasiswa dan dosen. Namun, kegiatan di luar kampus itu yang susah diawasi," ucapnya.

Untuk menangkal radikalisme di lingkungan perguruan tinggi, Nasir meminta seluruh rektor untuk mendata nomor telepon dan medsos dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini.

"Tujuannya satu, kami ingin ini jadi ajang komunikasi mahasiswa dan rektor, mahasiswa dengan kementerian. Selama ini sering terjadi permasalahan, misalnya beasiswa bermasalah, ada pengaduan. Di samping ada urusan radikalisme," paparnya. (esy/jpnn)


Menristekdikti Mohamad Nasir meminta para rector mendata nomor telepon dan akun medsos mahasiswa baru untuk menangkap radikalisme di kampus.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News