Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

Namun jejaknya tetap tercium oleh penjajah. Tak beberapa lama saat hujan tembakan itu, dia akhirnya tertangkap juga.

"Beliau ditangkap bersama temannya bernama Bahrun Arif, M Amin, Buya Hamzah Yunus, Buya Latif Altar. Ada juga pejuang lainnya," kata Latif.

Mereka langsung dibawa oleh tentara ke Pekanbaru. Dipenjara. Di sana, pejuang-pejuang Kampar disiksa. Lengkap penderitaanya di sana. Pekiknya saja, terdengar hingga keluar.

"Beliau diikat. Kakinya digantung di atas, kepalanya ke bawah. Dicambuki. Disetrum juga. Dipukul dengan sangkur. Diinjak, disepak. Air sabun bercampur kotoran, dimasukkan ke mulutnya," kata Latif menceritakan siksaan tentara penjajah untuk menaklukkan Mahmoed Marzuki ini.

Siksaan ini, membuat beberapa orang pejuang meninggal dunia.

Tapi beruntung, Mahmoed Marzuki masih bisa bertahan. Namun kondisinya setengah mati. Namun setelah beberapa lama dipenjara, akhirnya Mahmoed Marzuki bersama pejuang Indonesia lainnya dibebaskan.

"Ini setelah ada perundingan damai antara Indonesia dengan Belanda dan Jepang agar pejuang kita dilepaskan," kata dia.

Pulanglah Mahmoed Marzuki ini ke tanah kelahirannya, di Kampar. Tapi, kondisinya tak seperti semula sebelum ditangkap.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News