Maryani dan Ponpes Khusus Waria di Jogjakarta

Cari Sangu sebelum Naik Keranda

Maryani dan Ponpes Khusus Waria di Jogjakarta
Maryani dan Ponpes Khusus Waria di Jogjakarta

Menurut dia, waria yang datang ke pondok tidak dipungut biaya sepeser pun. Untuk biaya operasional, Maryani menggunakan tabungannya dari hasil usaha salon rias pengantin serta sumbangan dermawan yang datang untuk bertamu. "Tapi, kadang saya harus ngutang ngalor-ngidul. Gak apa-apa. Yang penting pondok jalan."

Selain kegiatan rutin tiap hari, Maryani dan para "santri" sering melakukan bakti sosial di lokasi bencana alam. Misalnya, saat Gunung Merapi meletus tahun lalu. Ponpes Al-Fatah mengirimkan 20 waria yang ahli di bidang pangkas rambut. "Mereka bertugas di posko penampungan korban. Tugasnya, antara lain, memotong rambut para pengungsi," ceritanya.

Bakti sosial itu dilakukan Maryani dan kawan-kawan di beberapa tempat penampungan pengungsi di Magelang. "Alhamdulillah, selama kegiatan, kami bisa mencukur sekitar 250 pengungsi. Karena yang kami miliki keahlian memotong rambut, ya itu yang bisa kami sumbangkan," ujarnya.

Keunikan ponpes Maryani ternyata mengundang rasa penasaran berbagai pihak. Selain media massa, para peneliti asing sering bertandang. Di antaranya datang dari Prancis, Jerman, dan Belanda. "Mungkin pondok kami satu-satunya yang pernah ada di dunia. Karena itu, orang-orang asing tersebut ingin tahu seperti apa isinya," tambah waria murah senyum itu.

Dua petak ruangan kecil di rumah Maryani, kawasan Notoyudan, Jogjakarta, kalau malam disulap menjadi tempat salat. Beberapa ruangan di belakang rumahnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News