Masjid di Depok-nya Dallas

Masjid di Depok-nya Dallas
Dahlan Iskan ikut menyiapkan menu buka puasa di sebuah masjid di DeSoto, Dallas, Amerika Serikat. Foto: Disway

Saya dipersilakan masuk. Lebih baik menunggu di dalam, katanya.

Betul. Masjid ini luas sekali. Untuk ukuran Amerika. Bisa untuk 400 orang.

Di depan tempat imam terlihat Quran jumbo. Dalam posisi terbuka. Di atas podium. Tulisannya besar-besar. Bisa dibaca oleh imam pun sambil berdiri di tempatnya.

Saya menduga: tarawihnya nanti pasti panjang. Satu malam harus membaca Quran satu juz. Tapi, ini kan sudah hari ke 19 (saat itu). Kok baru  dapat setengah ya?

”Memang begitu. Sembilan malam terakhir nanti dibuat lebih panjang,” ujar Qutaiba Abbasi, imam di masjid DeSoto.

Qutaiba ini masih muda: 31 tahun. Lahir di Amerika. Asal orang tuanya Afghanistan. Sukunya Pastun. Suku mayoritas di sana.

Saya bisa membayangkan karakter dan kepriyayian Qutaiba ini. Saya  pernah membaca novel yang berlatar belakang Pastun. Suku  yang berwatak keras, baik hati, priyayi dan fanatik agama.

Setidaknya saya sudah membaca tiga novel dengan latar belakang Pastun: Kit Runner, Thousand Splendid Suns dan And the Mountain Echoes.

Masjid DeSoto ini dulunya perkantoran. Dibeli tahun 1997. Dijadikan masjid. Inilah masjid dengan lapangan parkir terluas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News