Mata Langsung Terasa Segar Begitu Menatapnya, Wouw Banget!
“Akses jalan menuju ke sini juga tidak mendukung, karena berkabut. Kemudian, parkir tidak ada karcis. Begitu juga pengaman di bibir danau yang curam. Bisa-bisa mengancam keselamatan,” akunya.
Deswi, 23, pengunjung asal Dharmasraya berpendapat senada. “Saya penasaran dengan Danau Biru, karena banyak diperbincangkan orang di media sosial,” katanya yang datang bersama tiga temannya.
Keindahan danau plus hembusan angin sepoi-sepoi, membuat objek wisata ini cocok untuk berselfie ria.
“Cuma, harus berpikir dua kali ke sini lagi. Jalannya jauh dan terjal, serta berliku-liku. Banyak pungutan pula,” ungkapnya.
Booming Danau Biru juga dirasakan padagang setempat. Tika, 23, warga Desa Tumpuk Tangah, Dusun Bukik Obang, sejak objek wisata ini mulai dikenal luas sembilan bulan lalu, penjualannya berlipat-lipat.
Danau Biru berawal dari penambangan batu bara tahun 1984. Tahun 1998, penambangan dihentikan setelah keluar mata air.
“Dulu, danau galian tambang ini sangat luas, namun kemudian sebagian ditimbun untuk membangun jalan,” ungkap Tika kepada Padang Ekspres, Sabtu (17/9).
Biasanya, tambah dia, jumlah kunjungan ramai saat liburan dan akhir pekan. “Kalau Lebaran bisa jual beli per hari mencapai Rp 900 ribu, kalau hari biasa Sabtu-Minggu berkisar Rp 500 ribu per hari. Sebetulnya mama berjualan di sini, saya cuma membantu,” ungkapnya.
OBYEK wisata Danau Biru di kawasan Parambahan, Kecamatan Talawi, Sawahlunto, Sumbar, jadi booming setelah penampakannya menyebar di media sosial
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor