Mayoritas Perokok Miskin, Pendidikan Rendah

Mayoritas Perokok Miskin, Pendidikan Rendah
Mayoritas Perokok Miskin, Pendidikan Rendah
Abdillah menuturkan, pengeluaran untuk rokok nilainya melebihi keperluan pokok lainnya. Pada 2009, tercatat pengeluaran rokok rumah tangga termiskin jumlahnya bisa 11 kali lebih besar dibanding pengeluaran untuk daging, tujuh kali untuk pengeluaran buah-buahan, enam kali pengeluaran pendidikan, lima kali pengeluaran susu dan telur, serta lima kali pengeluaran kesehatan. "Bayangkan kalau mereka mau berhenti merokok, mereka sebenarnya bisa membeli daging, buah-buahan bahkan membiayai kesehatan,"ujarnya.

Abdillah melanjutkan, jika dihitung, jumlah pengeluaran rokok rumah tangga termiskin bisa mencapai jutaan rupiah, 10 tahun mendatang. Dia mencontohkan, konsumsi rokok per bulan 30 bungkus mencapai Rp 300 ribu, sementara konsumsi rokok per tahun bisa mencapai Rp 3.650 ribu, jika sebungkus rokok diperkirakan seharga Rp 10 ribu.

"Jadi konsumsi rokok per 10 tahun alias 3650 bungkus, biayanya mencapai Rp 36.500.000. Biaya itu setara dengan biaya naik haji, DP rumah, renovasi rumah, beli motor, DP Mobil, sampai modal usaha kecil.

Karena itu, Abdillah mengatakan sebaiknya mulai berhenti merokok dan mengalihkan biaya yang dikeluarkan untuk rokok untuk keperluan pokok yang lain.  "Banyak orang miskin yang menyatakan susah untuk bayar uang sekolah, untuk makan. Padahal mereka bisa membeli rokok. Artinya kan ada alokasi dana untuk itu. Cobalah berhenti merokok," imbuh dia. (Ken)

JAKARTA - Pengesahan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Tembakau, terus molor. Sementara konsumsi rokok masyarakat terus meningkat.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News