Membedah Dampak Perang Dagang AS - Tiongkok Bagi Indonesia

Membedah Dampak Perang Dagang AS - Tiongkok Bagi Indonesia
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Foto dok humas

Airlangga menambahkan, Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang serius dalam mengembangkan ekonomi digital. Itu menjadi nilai positif tersendiri bagi para pelaku usaha dunia.

Untuk itu, pihaknya menilai, salah satu langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah meningkatkan daya saing industri manufaktur nasional sehingga mampu berkompetisi dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam. ”Indonesia masih menjadi daya tarik untuk investasi industri berbasis elektronika, garmen, alas kaki, serta makanan dan minuman,” tambahnya.

Dia mencontohkan, produsen elektronika Sharp Corporation dan LG Electronics akan menambah kapasitas pabriknya di Indonesia.

Produk yang bakal mereka hasilkan bertujuan ekspor dan domestik. Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup signifikan bagi total investasi di Indonesia.

Pada triwulan I 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi 18,5 persen atau Rp 16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono menuturkan, Indonesia sebenarnya mempunyai nilai yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi perang dagang.

Di antaranya, peringkat surat utang Indonesia yang semakin baik dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil.

Kenaikan peringkat di tengah ketidakpastian global itu menjadi penanda bahwa ekonomi domestik masih kuat menghadapi berbagai tekanan.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok justru membuka peluang bagi Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News