Mencuci Otak Nazaruddin

Mencuci Otak Nazaruddin
Mencuci Otak Nazaruddin
Di sisi lain, medical report yang diverifikasi tim dokter KPK dan Polri, menyebut Nazarudin sehat-sehat saja. Tidak ada satu indikator pun yang ganjil. Mereka secara resmi sudah melakukan serangkaian tes kesehatan, untuk memastikan kondisi Nasaruddin sebelum menjalani pemeriksaan. Hasilnya tidak diragukan, sehat walafiat. Hanya kecapekan. Itu mah hal kecil bagi legislator di Gedung Rakyat. Anggota DPR RI tentu sudah terbiasa bersidang dari pagi sampai pagi lagi, istirahat sebentar sidang lagi.

Lalu, mana yang benar? Versi Nasir atau dokter KPK-Polri? Sehat apa sakit? Dicuci otak atau karena depresi mendalam, yang akhirnya membuat mentalnya ikut terguncang? Saya kok tidak terlalu yakin Nazar dicuci otak? Apa bisa mencuci otak hanya dalam 38 jam, di atas ketinggian 10.000 kaki, dari Cartagena-Jakarta?

Tanpa permainan cahaya, sound system, tekanan dan materi yang sistematis? Pakai sabun dan deterjen merek apa? Sedangkan, Hitler dengan Nazi-nya yang tersohor sebagai ahli brainwashing nomor wahid di dunia saja, harus melibatkan ahli psikologi dan butuh waktu 5 tahun? Pakar psikologi, Sigmund Freud dari Austria menyebut idealnya 2-5 tahun.

Cuci otak zaman Nazi Jerman dan Uni Soviet di Perang Dunia I dan II, tujuannya untuk membentuk mental prajurit yang tahan banting baik secara fisik maupun mental, dan setia terhadap keyakinan pemimpin atau partai yang mereka anut. Cuci otak juga mengubah pola pikir dan perilaku seseorang, yang dilakukan secara sistematik dan mendasar. Misalnya, tawanan perang AS di Korea Utara saat perang Korea 1950, juga cuci otak tawanan AS di Vietkong, sampai akhirnya tentara AS –yang sudah dicuci otak---  itu memusuhi negerinya sendiri.

Metode brainwash sendiri beragam. Pertama, bisa dengan model persuasi dengan memadukan vokal dan visual, seperti ESQ memasukkan unsur-unsur kebaikan di bawah sadar manusia. Kedua, bisa juga dengan obat-obatan atau senyawa kimia lain. Poin yang kedua inilah yang mungkin ditakuti oleh Nasir. Yang ketiga, bisa dengan siksaan secara fisik maupun mental seseorang, seperti dalam suasana perang. Rasanya, tiga hal itu tidak cukup dalam masa terbang 38 jam itu.

HAI, apa kabar Din? Masih belum mau makan dan minum? Masih trauma dan takut diracun? Atau memang sedang diet sekaligus menjalankan ibadah puasa,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News