Mengulas Dampak Perang Dagang AS vs Tiongkok Bagi Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dipastikan memberi dampak bagi negara lain, termasuk Indonesia.
Indonesia harus waspada karena ekspor masih melambat pada semester pertama tahun ini.
’’Presiden Trump telah mengumumkan kenaikan tarif impor dari sepuluh persen menjadi 25 persen untuk seluruh produk Tiongkok. Apabila Tiongkok membalas dengan 25 persen juga, seluruh dunia akan terkena dampaknya,” jelas Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad.
BACA JUGA: Imbas Perang Dagang, DFSK Ogah Ekspor Mobil ke Australia
Jika tanpa ada efek penularan ke negara lain (contagion), lanjut dia, pertumbuhan Tiongkok akan terkoreksi hampir satu persen pada 2021.
Sementara itu, AS akan kehilangan ekonominya 0,9 persen pada tahun keempat, yakni 2023.
Di sisi lain, Eropa akan kehilangan 0,37 persen PDB pada tahun keempat (2023) dan perekonomian dunia akan terkoreksi 0,6 persen juga pada tahun keempat.
’’Sudah pasti ekonomi Indonesia akan terimbas lebih besar. Tentu pemerintah harus mengantisipasi perlambatan ekonomi ini yang mulai dirasakan sejak 2019 hingga beberapa tahun mendatang,” papar Tauhid.
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dipastikan memberi dampak bagi negara lain, termasuk Indonesia.
- Jurus Bea Cukai Parepare Dorong Laju Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- Pemerintah Optimistis Penguatan Ekonomi Syariah Mendongkrak Target Pertumbuhan 8% di 2029
- Perputaran Uang Judol Capai Rp1.200 Triliun, DPR: Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
- Kinerja 2024 Moncer, Jasindo Perkuat Peran Pertumbuhan Ekonomi Nasional & Literasi Asuransi
- Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Kanwil Bea Cukai Jakarta Beri Fasilitas TBB ke Perusahaan Ini
- Analis Sebut Kans Ekonomi Indonesia Alami Perkembangan Progresif