Mentalitas Benteng Australia Berdampak Buruk Bagi Keberagaman Budaya

Mentalitas Benteng Australia Berdampak Buruk Bagi Keberagaman Budaya
Simon Craft berharap adanya koridor perjalanan lebih banyak lagi sehingga kedatanga mahasiswa internasional meningkat.  (ABC Gold Coast: Dominic Cansdale)

"Saya tidak bisa mengunjungi ibu saya, saya tidak bisa mengunjungi adik-adik saya. Mereka tinggal di Rusia."

Sudah lebih dari setahun tidak bisa pulang ke Rusia karena penutupan perbatasan internasional, Alena mengatakan dia mengalami kesulitan keuangan.

"Bila Pemerintah mengizinkan, suami saya perlu ke Rusia karena urusan bisnis," katanya.

"Tapi kami harus menghabiskan banyak biaya, tiket pesawat dan ketika dia kembali dia harus menjalani karantina di hotel bayar Rp30 juta."

"Selama dua tahun kami tidak bisa kemana-mana."

Desakan bagi lebih banyak koridor perjalanan

Laporan Mitchell Institute tahun 2020 memperkirakan mahasiswa internasional menyumbangkan sekitar Rp37 triliun bagi perekonomian Australia sebelum COVID.

Namun di bulan Oktober 2020, pendaftaran bagi visa mahasiswa internasional  berkurang 90 persen dibandingkan masa sebelumnya.

Menurut data dari Departemen Pendidikan Australia, per 28 Juni 2021, ada sekitar 315.298 pemegang visa pelajar yang berada di Australia, turun dari angka 578 ribu di bulan Oktober 2019.

Sejumlah pihak merasa orang asing yang masuk ke Australia, seperti mahasiswa internasional, seringkali dikambinghitamkan di Australia, termasuk saat pandemi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News