Merayakan Keberagaman dan Mengamalkan Nilai Pancasila

Merayakan Keberagaman dan Mengamalkan Nilai Pancasila
Direktur Reform Institute, Yudi Latief (ketiga kiri), Anggota DPD RI asal Lampung, Anang Prihantoro (kedua kiri), dan Bondan Wicaksono saat Focus Group Disscusion tentang Orang Muda Lintas Agama di Gedung DPD RI, Sabtu (17/9). FOTO: Dok. Penyelenggara FGD

Jika hanya fokus pada nama dalam suatu agama, maka kita akan tersesat. Karena Tuhan dapat disebut dengan sebutan apapun. Tuhan adalah kasih sayang, perbedaan ini adalah kondisi baik untuk toleransi positif yaitu menghargai perbedaan tapi dengan cara yang benar. Niat baik tidak cukup tetapi harus memahami keberagaman yang ada. Solidaritas keberagaman bukan hanya emosional tetapi fungsional untuk mengatasi kesenjangan sosial masyarakat dan harus diperjuangkan bersama.”tambahnya.

Menurut Alissa Wahid yang saat ini aktif sebagai Koordinator Nasional Gusdurian, Indonesia ada karena keberagaman, Pancasila sebagai permersatunya. Tahun 2015 yang lalu dalam kesepakatan dunia pada forum Global and Peace ada lima poin utama yang menjadi isu dunia yaitu peace, people, plant, partnership, dan prosperety yang kedepanya melihat keberagaman sebagai sesuatu yang harus di maknai lebih dalam dalam konteks hubungan yang berkelanjutan.

Bante Bhikku Darmakaro dari Walubi  menuturkan “kita sebagai pemuda harus sungguh bangga karena kita lahir di negara Indonesia yang banyak sekali keragamannya”. Hendaknya kita memahami Pancasila secara mendalam. Pemahaman dan praktik keagamaan masih kurang yang perlu digarisbawahi adalah kemiskinan. Bukan karena kemiskinan itu sendiri tetapi kedewasaan batin yang belum sampai sehingga banyak kekerasan. Banyak kemudahan yang kita dapat. Mulai dari diri sendiri untuk mempunyai kebanggaan tersendiri terhadap Indonesia dan keberagamannya.

Ketua PGI Wilayah DKI Pdt. Manuel E Raitung juga menyampaikan hakikat hidup orang beriman adalah untuk mengakui sesama selain mengakui Tuhan dan dirinya. Salah satu langkah untuk memperjuangkan hidup bersama dalam keberagaman adalah memperlakukan keadilan bagi semua orang. Ajaran cinta kasih adalah ajaran semua agama. Belajar rendah hati untuk dapat menghormati dan menghargai sesama.

Banyak berdiskusi dan pertemuan orang muda antar agama dirasa penting untuk menyatukan hati juga. Bagimana jika mau berketuhanan jika kita masih saling mencela dan melukai kehidupan bersama yang beradab. Mari menyiapkan diri untuk kedewasaan dan kematangan secara batin agar punya kekayaan mengenai jiwa sosial terhadap sesama.

Kesempatan tersebut hadir pula guru besar STF Driyarkara Prof. Dr. Frans Magnis Suseno menyampaikan bahwa keberagaman memang suatu tantangan dan itu adalah modal yang luar biasa. Masalah datang justru saat masyarakat berubah secara kompetitif. Tahun 1945 Islam sebanyak 88 persen menegaskan bahwa “Indonesia tidak menjadi negara Islam” dan memilih menjadi bangsa yang mengakui adanya perbedaan dan keberagaman.

Dari toleransi saling menghormati dan menghargai diawali dengan hubungan saling percaya. Pancasila adalah pengakuan. Pengakuan adalah kita saling menerima dalam identitas suku, etnik, dan sebagainya.

"Semua saling menerima dalam identitas masing-masing. Jadi negara ini tidak perlu ada orang yang takut terhadap religiusitas," ungkap Romo Frans Magnis.

JAKARTA - Kemajemukan yang dimiliki Indonesia menjadi keunikan tersendiri, itu merupakan kelebihan yang harus disikapi dengan bijak. Persatuan dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News