Mereka Preman, Bukan Mahasiswa

Mereka Preman, Bukan Mahasiswa
Anton Medan. Foto: dok.JPNN

Jadi bukan semata arogansi senior terhadap yunior?

Bisa jadi itu tapi kemungkinan memang pelaku sudah punya mental menjadi preman. Begitu dia (Angga, red) menjadi Ketua Mahasiswa STIP asal Medan, maka dia memamerkan kekuasaannya. Dia unjuk gigi sebagai penguasa ala preman. Mereka itu bukan mahasiswa, bukan intelektual, tapi preman.

Anda menyebut Marunda daerah panas,  apa perlu kampus STIP dipindah lantaran aksi kekerasan bukan kali ini saja?

Tidak mungkin kampus dipindah karena sekolah pelayaran memang harus dekat laut. Yang perlu dilakukan, pihak kampus mengurangi faktor-faktor pemicunya. Antara lain, model pengawasan yunior yang diserahkan ke senior, itu tidak baik. Mereka itu kan juga kos di daerah Marunda, daerah panas, warga perantuan temperamen tinggi, keras, mereka akan terpengaruh.

Jadi apa solusi yang efektif?

Yang perlu dilakukan perlu diefektifkan peran tokoh agama di sana. Termasuk di titik-titik yang banyak anak-anak kosnya. Misal seminggu sekali ada pencerahan dari tokoh agama, biar adem. Pihak kampus bekerjasama dengan para tokoh agama. Itu kawasan rentan gesekan. Tokoh-tokoh agama yang bisa menyejukkan.

Kalau proses hukum, apa bisa mengerem terulangnya kembali peristiwa kekerasan?

Ya, proses hukum harus tegas. Mereka para pelakunya itu harus diproses karena itu aksi premanisme, bukan kenakalan. Kalau proses hukum tegas, akan menimbulkan efek jera, tidak akan terulang lagi. Tapi sekali lagi, faktor-faktor lain tadi juga harus diperhatikan.***

AKSI kekerasan yang berakibat melayangnya nyawa mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, asal Medan, Dimas Dikita Handoko,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News