Muhammad Ade 'Wonder' Irawan, Pianis Tunanetra Spesialis Jazz

Tanpa Guru, Jadi Penampil Tetap Chicago Cultural Center

Muhammad Ade 'Wonder' Irawan, Pianis Tunanetra Spesialis Jazz
Ade Irawan (kanan) mengiringi Joseph Hadi di Auditorium Bentara Budaya, Jakarta (24/6) lalu. Foto: M Ade Irawan for Jawa Pos Grup
Ade tidak pernah les piano. Dia belajar sendiri kibor dan piano serta berbagai jenis musik hanya mengandalkan kepekaan pendengarannya. Kemahiran yang didapat secara otodidak itu membuat Ade tak mengenal notasi, bahkan tak tahu jenis nadanya. Semua muncul karena rasa.

"Cara bermain Ade berbeda. Kalau dia ikut les piano, pasti nggak bakal lulus karena tekniknya pasti salah semua," kata Endang.

Pada usia 9 tahun, Ade mulai menunjukkan minat khusus terhadap musik jazz. Terutama setelah Ade sering mendengarkan permainan piano musikus jazz kawakan Bubi Chen. 

Sebagai orang tua, Endang dan Irawan tentu sangat mendukungan bakat Ade. Mereka percaya, di balik kekurangan fisik Ade, Tuhan mengirimkan kelebihan yang lain. Endang makin percaya bahwa takdir Ade memang pemain piano profesional. Sebab, jalan menuju ke sana begitu mudah.

Sebagai seorang diplomat yang kerap ditugaskan di berbagai negara, Endang begitu bersyukur saat ditugaskan ke Chicago, Amerika Serikat, pada 2003. Chicago dikenal sebagai kota jazz dan blues. Di sana Endang dan Irawan memanfaatkan betul setiap momen untuk mengenalkan Ade kepada musik jazz.

Dia rutin mengajak Ade dari kafe ke kafe sekadar untuk mendengarkan permainan jazz dari musisi lokal. Mereka bahkan tak segan mengantar Ade untuk ikut audisi. "Kalau pas ngantar Ade audisi, kami ya bawa sendiri kibor dari rumah ke kafe. Ayah Ade yang masang-masang kabel. Di sana kami sudah bukan diplomat lagi, tapi pendukung Ade," kata Endang.

Semua aktivitas itu dimaksudkan sebagai sarana belajar bagi Ade. Maklum, dia dan suami sama-sama tidak paham musik. Karena itu, cara yang terbaik ialah memberikan pendidikan musik kepada Ade dengan mengantar dia kepada para ahlinya. "Yang luar biasa, Ade orangnya disiplin. Meski tidak ada guru, dia berlatih sendiri minimal dua jam setiap hari," kata Endang.   

Selama di Chicago mulai 2003 hingga 2007, bakat Ade semakin moncer. Banyak prestasi yang dia ukir. Misalnya, juara lomba cipta lagu antarsekolah di Negara Bagian Illinois "Reflection" pada 2004?2007. Ade juga ikut dalam beberapa pertunjukan jazz seperti Chicago Winter Jazz Festival di Chicago Cultural Center pada April 2006 dan Januari 2007.

Kehilangan indra penglihatan tidak membuat minder Muhammad Ade Irawan. Berkat bakatnya yang luar biasa, kini Indonesia punya 'Stevie Wonder'

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News