Muhammad Ade 'Wonder' Irawan, Pianis Tunanetra Spesialis Jazz

Tanpa Guru, Jadi Penampil Tetap Chicago Cultural Center

Muhammad Ade 'Wonder' Irawan, Pianis Tunanetra Spesialis Jazz
Ade Irawan (kanan) mengiringi Joseph Hadi di Auditorium Bentara Budaya, Jakarta (24/6) lalu. Foto: M Ade Irawan for Jawa Pos Grup

jpnn.com - KEHILANGAN indra penglihatan tidak membuat minder Muhammad Ade Irawan. Berkat bakatnya yang luar biasa, kini Indonesia punya "Stevie Wonder" yang  jago piano.
 

-----------------------------------
IGNA ARDIANI A. Jakarta
-----------------------------------
 
LAMPU Auditorium Bentara Budaya, Jakarta, dipadamkan. Sekitar dua ratus penonton yang memenuhi ruangan sontak memelankan suara. Hanya bisik-bisik yang masih terdengar. Namun, begitu Muhammad Ade Irawan, 16, memulai memainkan jari-jemarinya di atas tuts piano, hadirin langsung diam.
 
Tembang Indonesia Pusaka mengalun syahdu. Iramanya lembut dan membuat merinding pendengarnya. Sayup-sayup terdengar pengunjung turut melantunkan lagu gubahan Ismail Marzuki itu. 

Resital piano tunggal Muhammad Ade Irawan yang dihelat 24 Juni silam itu memang agak berbeda. Jaya Suprana, sang penggagas resital, mengemasnya dengan konsep The Darkness. Bos Jamu Jago tersebut menginginkan penonton tak sekadar mendengar dan menikmati pertunjukan dengan telinga dan mata, tetapi juga dengan hati.

Karena itu, selama konser semua lampu ruangan dimatikan. Pengunjung diminta untuk mendengarkan alunan piano Ade dengan mata terpejam dan lebih dengan hati. Jaya menginginkan penonton merasakan apa yang Ade rasakan, pianis yang kehilangan penglihatan sejak lahir. Walhasil, begitu lagu selesai dimainkan, gemuruh tepuk tangan riuh menyambut penampilan Ade. Tidak hanya itu. Para penonton juga berdiri, memberikan penghargaan kepada sang pianis, Ade "Wonder" Irawan.

"Kalau Amerika punya Stevie Wonder, Indonesia punya Ade "Wonder" Irawan. Permainan piano mereka sama-sama luar biasa," kata Jaya memperkenalkan penerima anugerah Certificate of Honor Recital Master Class dari Jaya Suprana School of Performing Arts tersebut.     

Malam itu Ade memainkan beberapa lagu "populer", seperti  Indonesia Pusaka, Chicago Blues, Joy Joy Joy, Tanah Airku, dan Juwita Malam. Para penonton, Menpora Andi Mallarangeng, dan Menkes Endang Rahayu Setyaningrum pun larut dalam permainan lincah jari-jemari Ade di tuts-tuts piano. Bahkan, tak jarang tepuk tangan dan decak kagum diungkapkan dua menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II itu.

Menurut Jaya Suprana, yang dialami Ade bukanlah kekurangan, tetapi justru kelebihan yang dianugerahkan Tuhan. Karena cacat fisik itu, Ade diberi kelebihan lain yang tidak banyak dimiliki orang normal. Dia berharap, penonton dapat mendukung perjalanan Ade menuju panggung-panggung dunia.

"Kita buktikan kepada dunia bahwa Indonesia tidak kalah dengan bangsa mana pun. Dan buktikan kepada dunia bahwa ketunanetraan itu bukan kelemahan, melainkan kelebihan," ujar Jaya.

Ade yang dilahirkan sebagai tunanetra di Colchester, Inggris, 15 Januari 1994, merupakan putra pertama  pasangan Irawan Subagyo dan Endang Irawan. Menurut Endang, sang bunda, bakat musik Ade mulai tampak sejak usia 2,5 tahun. Si balita itu sudah mahir menirukan suara alat-alat musik dengan mulut. Menginjak usia lima tahun, Ade bahkan sudah bisa memainkan sebuah lagu dangdut dengan menggunakan kibor mainan bernada lima oktaf.

Kehilangan indra penglihatan tidak membuat minder Muhammad Ade Irawan. Berkat bakatnya yang luar biasa, kini Indonesia punya 'Stevie Wonder'

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News