Mukiyo dan Mukidi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Mukiyo dan Mukidi
Ilustrasi, warga membuat mural di Ciampea, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo

jpnn.com - Orang Surabaya dan Jawa Timur sering menyebut istilah Gombal Mukiyo untuk mengekspresikan kekecewaan kepada seseorang, yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ucapannya.

Gombal Mukiyo, semacam umpatan, tetapi lebih halus dan lebih bersifat sindiran.

Kalau seseorang berbicara, memberi janji dengan kata-kata manis, tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diomongkan, orang itu disebut sebagai Gombal Mukiyo.

Kalau seseorang berbicara tinggi, memamerkan kelebihannya, membual tanpa bukti, dia disebut sebagai Mukiyo.

Gombal adalah potongan kain, biasanya kain bekas, yang dipakai untuk membersihkan benda-benda rumah tangga.

Gombal identik dengan benda yang tidak terpakai dan tidak ternilai. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) gombal adalah kain yang sudah tua dan sobek-sobek, biasanya dibuang karena tidak berguna lagi.

Namun, dalam KBBI gombal juga mempunyai arti konotatif, yaitu bohong. Dalam praktik bahasa sehari-hari gombal bisa menjadi kata kerja menggombal, yang artinya berbohong.

Seorang pria yang merayu wanita dengan kalimat-kalimat muluk, disebut menggombal.

Nama Mukiyo belakangan ini sudah jarang disebut, kalah populer dengan nama seperti Mukidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News