Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Menuju Pusat Ilmu Satwa Dunia

Sebar Intelijen untuk Kumpulkan Koleksi Satwa Langka

Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Menuju Pusat Ilmu Satwa Dunia
LANGKA: Sri Nirmalasari Aco sedang mengamati tengkorak babi rusa di Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (6/4). Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos
   

Memang koleksi Museum Wallacea saat ini belum banyak. Baru ada beberapa kerangka binatang khas Garis Wallacea. Di antaranya, koleksi tanduk anoa, terumbu karang, dan tengkorak babi rusa. "Karena itu, kami terus mencari koleksi satwa Wallacea untuk memenuhi museum ini," tutur Koordinator Koleksi Museum Wallacea Abdul Rouf Suleman.

   

Rouf menuturkan, koleksi yang ada ini merupakan pemberian kolektor barang antik. Dia yakin masih banyak masyarakat yang memiliki koleksi tengkorak atau tulang belulang hewan-hewan khas Wallacea.

   

Pria kelahiran Maros, 14 April 1954, itu menjelaskan, persiapan peresmian museum itu benar-benar mepet. Selain koleksinya masih minim, koleksi aneka terumbu karang khas zona Wallacea juga belum banyak. Apalagi, koleksi terumbu karang itu baru diperoleh H-1 sebelum peresmian. Karena itu, saat etalase penyimpanan terumbu karang dibuka, aroma khas bangkai satwa laut itu langsung menyengat hidung.

   

Rouf memiliki beberapa strategi untuk mengumpulkan benda-benda yang layak menjadi koleksi Museum Wallacea. Salah satunya dengan menyebar beberapa "intelijen" khusus untuk blusukan ke hutan-hutan yang rawan terjadi praktik perburuan liar. Hampir seluruh hutan di Sumatera Tenggara rawan menjadi praktik perburuan liar.

Penjelajahan ahli biologi asal Inggris Raya Alfred Russel Wallace ke Nusantara pada 1854"1862 melahirkan garis sebaran satwa yang diberi nama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News