Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Menuju Pusat Ilmu Satwa Dunia

Sebar Intelijen untuk Kumpulkan Koleksi Satwa Langka

Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Menuju Pusat Ilmu Satwa Dunia
LANGKA: Sri Nirmalasari Aco sedang mengamati tengkorak babi rusa di Museum Wallacea Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (6/4). Foto : Hilmi Setiawan/Jawa Pos
 

Rouf menuturkan, anoa yang menjadi primadona di zona Wallacea terus terancam punah. Banyak warga setempat yang berburu anoa untuk diambil daging dan tanduknya. Harga daging dan tanduk "sapi Sulawesi" itu memang mahal.

 

Dengan adanya para intelijen khusus tersebut, setiap perburuan liar bisa dicegah. Tim buser tersebut juga bisa merampas hasil tangkapan para pemburu liar. Barang sitaan itu kemudian diawetkan dan dijadikan koleksi museum. "Di mana-mana koleksi museum tidak bisa langsung banyak," ujarnya.

 

Cara lain yang ditempuh untuk melengkapi koleksi Museum Wallacea adalah mengumpulkan seluruh kepala daerah di zona Wallacea. Dalam pertemuan itu, mereka diminta ikut program pengumpulan koleksi satwa. Selain itu, pertemuan dengan kepala daerah digunakan sebagai sarana kampanye untuk menangkal kepunahan satwa endemis zona Wallacea.

 

Dalam jangka panjang, Rouf yakin, Museum Wallacea bisa menjadi pusat penelitian sebaran satwa di zona Wallacea terbesar di dunia. Selama ini, banyak peneliti asing berkunjung ke Kendari dan sekitarnya untuk meneliti sebaran hewan zona Wallacea.

Penjelajahan ahli biologi asal Inggris Raya Alfred Russel Wallace ke Nusantara pada 1854"1862 melahirkan garis sebaran satwa yang diberi nama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News