Nadime Makarim dan Prestasinya Mengembangkan Bisnis Ojek di Jakarta

Sukses Jadikan Tukang Ojek sebagai Office Boy-nya Semua Orang

Nadime Makarim dan Prestasinya Mengembangkan Bisnis Ojek di Jakarta
Nadime Makarim dan Prestasinya Mengembangkan Bisnis Ojek di Jakarta
Awalnya, dia mempelajari kebiasaan para tukang ojek. Setiap menggunakan jasa ojek, dia mengajak ngobrol si tukang ojek. Misalnya, ditanya berapa penumpang yang diangkut setiap hari. "Si tukang ojek mengatakan, sehari mungkin hanya lima hingga enam penumpang yang diangkut," ujarnya.

 

Dalam hitungan Nadime, itu termasuk rugi. Sebab, itu tidak sebanding dengan total jam kerja mereka yang rata-rata 14 jam sehari. "Mestinya bisa lebih dimaksimalkan lagi," ujar pria lulusan Brown University, New York, Amerika Serikat (AS), itu.

Obrolan itu tak hanya dia lakukan dengan satu orang tukang ojek, namun puluhan. Ternyata, kesimpulan yang didapat Nadime sama. Yakni, para tukang ojek yang dia temui rata-rata tidak sebanding antara jumlah jam bekerja dan perolehan penumpang dalam sehari. "Hasil pengamatan saya, 75 persen dari sisa waktu mereka (tukang ojek) hanya dihabiskan untuk nongkrong dan ngantre di pangkalan," papar putra pasangan Nono Anwar Makarim, 72, dan Atika Makarim, 66, yang berdomisili di Dharmawangsa, Jakarta Selatan, itu.

  

Dari situlah Nadime berpikir untuk membesarkan pasar para tukang ojek. Konsep yang dia terapkan adalah tukang ojek tak hanya berpeluang mendapat penumpang dari pangkalan. Tetapi, pria 27 tahun ini memiliki ide untuk merekrut para tukang ojek masuk ke Go-Jek, perusahaan yang dia bikin.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), sebuah ajang kompetisi kewirausahaan, telah memilih Go-Jek sebagai juara pertama. Itu adalah bisnis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News