Nasib Imran
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Amerika sangat tidak happy dengan Imran.
Maka secara terbuka Imran menuduh mosi tidak percaya di parlemen itu didalangi oleh Amerika. Ia membuka nama diplomat Amerika yang menjadi dalangnya.
Imran memang merasa tidak mendapat dukungan dari militer –yang selalu lebih pro ke Amerika.
Kini Pakistan kembali memasuki masa tidak menentu. Imran pun ternyata sama: tidak bisa menjadi pemimpin satu periode penuh lima tahun. Belum pernah ada.
Dalam sejarah Pakistan yang sudah 75 tahun memisahkan diri dari India semua pemimpinnya berhenti atau mati tertembak di tengah jalan.
Mungkin itu sudah nasib Pakistan. Juga nasib Imran Khan: usaha pembangunannya disabot Covid-19. Selama dua tahun. Ketika Covid mereda Rusia menyerang Ukraina. Naiknya harga minyak dan gandum memukul keras dua sendi utama kehidupan rakyat Pakistan.
Mereka harus beli bahan bakar dan harus makan gandum. Kita memang juga harus beli bahan bakar tapi makannya nasi. (*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Dalam sejarah Pakistan yang sudah 75 tahun memisahkan diri dari India semua pemimpinnya berhenti atau mati tertembak di tengah jalan.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi
- Liburan Wu-Yi
- Yunus Wonda Diminta Bertanggung Jawab di Kasus PON XX Papua
- MUI Dukung Kejagung Membongkar Habis Mafia Peradilan
- Barong Bola
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- Eks PJ Wali Kota Pekanbaru dan 2 Anak Buahnya Akui Terima Gratifikasi Miliaran Rupiah