Nestapa Pekerja Migran di Singapura, Mati Rasa karena Lockdown

Nestapa Pekerja Migran di Singapura, Mati Rasa karena Lockdown
Nestapa Pekerja Migran di Singapura, Mati Rasa karena Lockdown

Sebagian besar tenaga kerja dan buruh asing di Singapura berasal dari India dan Bangladesh dan hanya sedikit yang berasal dari Tiongkok, Myanmar, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Michael Cheah, direktur eksekutif HealthServe, sebuah kelompok nirlaba yang memberikan perawatan kesehatan bersubsidi kepada buruh migran, mengatakan para pekerja merasa putus asa tentang situasi tersebut.

"Mereka tidak marah ... mereka hanya mati rasa," kata Cheah.

Isolasi memparah stres

Psikolog klinis Annabelle Chow mengatakan kepada ABC jika pekerja dan buruh asing sering memiliki "kemampuan dan dukungan untuk menjaga kesehatan mental yang lebih sedikit" ketimbang populasi umum Singapura.

"Isolasi yang berkepanjangan di asrama mereka dan terbatasnya interaksi sosial dapat semakin membuat stres dan ketidakberdayaan yang dialami pekerja asing," kata Dr Annabelle.

"Mereka telah mematuhi aturan pembatasan, tetapi belum dapat merasakan kembali kebebasan mereka seperti yang dimiliki banyak orang lain."

Beberapa warga negara asing yang sudah lama berada di Singapura mengaku khawatir dengan nasib pekerja asing di pulau itu, yang tampaknya akan terus terkurung.

Sarker mengatakan dia tetap bersyukur atas kesempatan untuk mencari nafkah di Singapura, karena upah yang jauh lebih tinggi daripada yang dia bisa dapatkan di Dhaka, dan dia belum punya rencana untuk pulang sekarang.

Buruh asing di Singapura dilarang untuk berbaur dengan publik, pergerakannya dibatasi, dan merasa terkurung di asrama selama pandemi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News