Nestapa Pekerja Migran di Singapura, Mati Rasa karena Lockdown
'Tidak ada alasan kesehatan di balik kebijakan ini'
Skema percontohan yang dimulai awal bulan ini, di mana sejumlah kecil buruh asing diangkut dengan bus yang diawasi, telah dicap sebagai "kebijakan kelembaman" oleh seorang aktivis hak asasi manusia Singapura.
Berdasarkan skema tersebut, sekitar 80 pekerja dalam satu kelompok diberikan waktu empat jam ke kawasan Little India pada hari Rabu, Sabtu, dan Minggu.
Dengan enam kelai keluar seminggu, berarti hampir 2.000 warga negara asing akan diberikan kelonggaran selama uji coba selama sebulan.
"Alih-alih mengambil satu langkah pada satu waktu, ini seperti mengambil sepersepuluh langkah ... berdasarkan hitungan ini, maka diperlukan 12 tahun sampai semua pekerja asing Singapura melakukan perjalanan," kata Alex Au, wakil presiden kelompok hak Transient Workers Count Too (TWC2)
Dia mengatakan para pekerja diangkut dengan bus "seperti anak sekolah".
"Lebih dari 90 persen pekerja asing telah sepenuhnya divaksinasi, jadi tidak ada alasan kesehatan masyarakat untuk terus mengurung mereka."
"Lebih dari setengahnya terinfeksi tahun lalu, yang berarti mungkin lebih dari setengahnya memiliki kekebalan alami ... jadi mengapa kita begitu khawatir, sangat berhati-hati?
"Singapura secara tidak adil melihat pekerja migran sebagai ancaman."
Buruh asing di Singapura dilarang untuk berbaur dengan publik, pergerakannya dibatasi, dan merasa terkurung di asrama selama pandemi
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Permintaan Kerja dari Luar Negeri Capai 1,7 Juta, RI Baru Bisa Serap Sebegini
- Menteri Karding Berangkatkan 55 Perawat dari Universitas Binawan ke Austria
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS