On Time Tidak On Time

On Time Tidak On Time
On Time Tidak On Time
PRO-PASAR itu elok jika antar pelakunya saling seimbang. Namun jika bagai antara duren dan mentimun, sudah pasti yang berduri akan memangsa si mentimun. Pengibaratan itu mungkin cocok ditujukan kepada Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement atau FTA) China-ASEAN yang berlaku efektif pada 1 Januari 2010 mendatang. Sang duren adalah China, dan si mentimun adalah Indonesia.

Bayangkan, ada 8.000-an jenis barang yang berasal dari China akan masuk dengan bebas ke Indonesia. Bea masuknya 0%. Orang-orang di Dirjen Bea Cukai menghitung, sedikitnya penerimaan bea cukai sebesar Rp 16 triliun akan berkurang dalam APBN 2010.

Memang, tak semuanya bad news. Kabar bagusnya, konsumen Indonesia akan diuntungkan karena bisa membeli barang produk China yang lebih murah tapi lebih bermutu. Sebaliknya, industri domestik yang tidak kompetitif bakal menjadi mentimun yang babak belur. Terancam kolaps, dan pada gilirannya, PHK pun merajalela.

Yang belum banyak disebut adalah FTA antara ASEAN dengan India, yang juga bakal berlaku pada awal 2010. Padahal di tengah pengaruh krisis finansial global, justru pertumbuhan ekonomi China dan India berada di garda paling depan. Beda dengan Singapura yang pertumbuhannya sampai minus, di bawah 0%. Nah, China dan India inilah yang akan "memangsa" 600 juta konsumen penduduk negara-negara ASEAN.

PRO-PASAR itu elok jika antar pelakunya saling seimbang. Namun jika bagai antara duren dan mentimun, sudah pasti yang berduri akan memangsa si mentimun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News