Pahit Kopi

Oleh Dahlan Iskan

Pahit Kopi
Dahlan Iskan.

Sestres-stresnya wartawan itu hanya terjadi menjelang deadline. Begitu jam 12 malam keputusan pun diambil.

Berita yang kurang bermutu pun bisa ditampilkan. Selesai. Stres pun hilang. Paling-paling hanya hati yang tidak puas.

Namun persoalan cek tidak berhenti di situ. Bisa jadi lubang itu akhirnya ditutup dengan lubang baru. Kadang lebih dalam. Stres baru. Stres yang lebih tinggi.

Kadang cek yang dibuka tidak hanya satu. Banyak. Untuk beberapa pihak. Semua jatuh tempo.

Ada pula yang cek itu sudah berpindah tangan. Ke pihak yang punya kekuasaan. Atau punya preman. Atau mengirim debt collector. Atau mengancam pengalihan saham.

Belum lagi kalau kecampuran keruwetan saham. Juga pertengkaran di dalam manajemen. Dan semua persoalan mirip itu menyatu di Cafe Coffee Day.

Siddharta tidak kuat lagi menahan stres itu. Ditambah persoalan baru: kantornya digerebek petugas pajak. Bebannya pun bertambah: harus membayar pajak dan dendanya.

Siddharta pilih bunuh diri.

Siddharta telah bikin sejarah dalam hidupnya: mengalahkan perusahaan global -- Starbucks. Bersejarah karena pernah bisa menjual kopi 1,8 miliar gelas setahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News