Panda Nababan Lawan Peradilan Sesat Lewat Buku

Panda Nababan Lawan Peradilan Sesat Lewat Buku
Panda Nababan Lawan Peradilan Sesat Lewat Buku
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR-RI yang kini mendekam di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta , Panda Nababan, terus melawan putusan pengadilan yang dijalaninya. Tervonis dalam perkara pemberian travelers cheque (cek pelawat) pada pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) BI tahn 2004 itu tak hanya melakukan perlawanan secara hukum. Mantan wartawan itu juga melawan perlakuan atas dirinya melalui buku.

Hari ini, bertempat di auditorium Mahkamah Konstitusi (MK),  Panda meluncurkan buku berjudul Panda Nababan Melawan Peradilan Sesat. Buku setebal 344 halaman, terdiri dari tiga bagian, yaitu Pleidoi Panda Nababan yang dibacakan di depan Pengadilan Tipikor Jakarta tanggal 15 Juni 2011, sebagian vonis majelis hakim Tipikor yang mengadili perkara Panda Nababan, dan memori banding yang diajukan tim pengacara Panda Nababan.

Hanya saja Panda tidak hadir dalam acara tersebut. Sebagaimana diketahui, akhir Juni lalu Panda telah divonis bersalah oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor dalam perkara suap pemilihan DGS BI yang dimenangi  Miranda Gultom.

Tapi, Panda memberikan sambutan tertulis berjudul “Surat dari Salemba” yang dibacakan salah putranya, Putra Nababan.  “Hidup dipenjara selama 259 hari bukanlah hal yang mudah. Bagaimana membunuh kebosanan, kemudian membunuh keresahan jiwa. Penjara yang kapasitasnya  untuk 900 jiwa, saat ini dihuni oleh 3000 jiwa dan berpenghuni 150 orang penderita HIV/AIDS. Campur lagi, karena tidak ada biaya dari Negara. Saya berdiam  dalam kamar yang sempit 1,8 x 2,4 dimana kamar mandi dan WC berada di dalamnya. Tinggal terus menerus dirumah saja membosankan, apalagi dalam sel yang sempit,” kata Panda.

JAKARTA - Anggota Komisi III DPR-RI yang kini mendekam di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta , Panda Nababan, terus melawan putusan pengadilan yang dijalaninya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News