Para Pelatih Surfing di Pantai Kuta Cerita tentang Penghasilan Mereka

Para Pelatih Surfing di Pantai Kuta Cerita tentang Penghasilan Mereka
Papan surfing berdiri tegak di antara keramaian wisatawan Pantai Kuta. FOTO: AGUS SUECA MERTA/Bali Express

“Namanya gelombang pasang surut biasa di pantai, jadi kami cari area dangkal di sebelah sana untuk latihan,” ujar Candra menunjuk kawasan pantai yang lebih dekat ke arah Bandara Internasional Ngurah Rai.

Adi, dan Andy, pun mengiyakan masalah musim angin barat yang mengakibatkan banyak sampah datang ke Pantai Kuta, membuat pendapatannya merosot. “Iya mereka memilih duduk-duduk saja ke sini. Katanya takut ada apa-apa yang berbahaya di sampah itu,” ujar Adi.

Adi yang berasal dari Sumatra Utara ini juga menjelaskan untuk pengunjung mereka rata-rata dapat tip saat selesai mengajar. “Paling cerewet yang dari India, banyak permintaan ini itu, namun sebagai penyedia jasa kita ya harus sabar,” terangnya.

“Semua relatif friendly, masalah tips kadang tergantung sama pengguna juga. Kita kasih servis bagus bisa malah gak dikasih tip, tapi saat servis rasanya kurang memuaskan malah dapat tip,” imbuhnya sambil tersenyum.

Sama halnya dengan pengalaman Adi tentang pelanggan yang cerewet, Rudy dan Candra mengiyakan pengguna dari wisatawan India paling pelit sekaligus cerewet. Keduanya sendiri terbuka menjelaskan tentang tip yang didapat.

“Paling banyak Rp 200 ribu per pengguna. Misalnya turis Hongkong paling murah hati kalau masalah ngasih tip ini. Kalau bagi kami yang friendly itu dari Australia malah diajak bercanda-canda kami ini, pas latihan,” ujar Rudy.

“Wah kalau paling ngeyel itu dari Rusia, pokoknya susah dibilangin. Baru latihan udah ingin ke tengah saja, padahal kan belum mahir. Beda sama dari Tiongkok banyakan yang panik terutama yang belum bisa renang, takut tenggelam begitu teriak mereka. Kalau yang lokal sih cerewetnya minta nawarnya kebangetan sampai Rp 100 ribu,” urai Candra menimpali Rudy menjelaskan.

Pengalaman terburuk yang mereka alami rupanya sama yakni ketika erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu. Erupsi yang sempat membuat Bandara Internasional Ngurah Rai tutup itu menyebabkan tidak ada sama sekali yang menggunakan jasa mereka.

Penghasilan para pelatih surfing di Pantai Kuta tergantung dengan musim kunjungan wisatawan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News