Para Pelatih Surfing di Pantai Kuta Cerita tentang Penghasilan Mereka

Para Pelatih Surfing di Pantai Kuta Cerita tentang Penghasilan Mereka
Papan surfing berdiri tegak di antara keramaian wisatawan Pantai Kuta. FOTO: AGUS SUECA MERTA/Bali Express

jpnn.com - Penghasilan para pelatih surfing yang tersebar di Pantai Kuta tentu bergantung pada kedatangan wisatawan. Terutama wisman. Mereka pun pernah mengalami masa-masa “tiarap” lantaran sepinya kunjungan. Seperti apa?

AGUS SUECA MERTA, Denpasar

Para pelatih surfing di Pantai Kuta tergantung dengan musim kunjungan wisatawan. Ada masa high season dan ada pula low season. Namun, ini juga tidak menentu.

Dua musim liburan setiap tahun tidak membuat mereka memanen penghasilan besar. Hanya liburan musim panas sekitar Bulan Juni sampai November saja. Sedangkan libur akhir tahun dari akhir Desember hingga Maret yang ramai dengan kedatangan wisatawan baik asing dan domestik, justru malah tidak dapat banyak pelanggan.

“Musim penuh sampah di pantai ini, sampah memenuhi pantai akhir tahun sampai Maret. Wisatawan keburu jijik lihat sampah, jadinya wisatawan cuman nongkrong saja ke pantai dan tidak mau kalau ditawari untuk surfing,” ujar Rudi.

Ucapan Rudi ini pun diiyakan oleh Candra yang mengaku pendapatan mereka akhir tahun sampai Maret merosot drastis. “Bisa seharian tidak dapat penyewa atau orang yang mau latihan,” jelas Candra.

BACA JUGA: Kelompok Teroris Tua Memperkukuh Posisinya, Dipimpin Eks Kepala Intelijen JI

Mengenai gelombang tinggi keduanya mengaku tidak terlalu berpengaruh pada pekerjaan, karena mereka biasa mengajak si pengguna jasa ke pantai yang dangkal.

Penghasilan para pelatih surfing di Pantai Kuta tergantung dengan musim kunjungan wisatawan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News