Parpol Islam Terancam di Ujung Tanduk

Parpol Islam Terancam di Ujung Tanduk
Parpol Islam Terancam di Ujung Tanduk
Sementara itu, Fachri Ali lebih menilai PPP tidak punya kemampuan untuk bertahan lagi. "PPP hanya mampu menyodorkan ideologi dan kyai, sedangkan PKS (misalnya) muncul dan mengandalkan ideologi dalam Pemilu 2009, yang menurut saya memperoleh prestasi cukup baik meskipun hasilnya tak terlalu sesuai dengan harapan PKS sendiri," katanya pula.

Namun begitu menurut Fachri, kegagalan serupa tidak hanya dialami PPP. Perolehan Partai Golkar dan PDIP menurutnya juga jeblok. Artinya, popularitas sebuah partai mengikuti 'mass culture' dan tidak terikat pada budaya etnik. SBY dalam hal ini menurutnya, mampu memanfaatkan proses 'mass culture' ini dengan sangat kreatif.

"SBY terangkat ketika Taufik Kiemas mengatakan SBY adalah jenderal bintang empat dengan kelakuan kanak-kanak. Kalau partai Islam mau pemimpinnya maju, ya, harus mampu 'main gitar'. Tidak menyerang sana-sini. Tenang, seperti SBY," saran Fachry Ali.

Dijelaskannya pula, adalah sebuah fenomena menarik jika parpol-parpol Islam sulit meraih kursi, padahal mayoritas penduduk Indonesia (90 persen) adalah muslim. "Ini buat saya adalah sebuah ironi. Perolehan suara partai-partai Islam kalau dijumlahkan pun, hasilnya tidak mampu menyaingi perolehan suara partai sekuler seperti Golkar, PDIP atau Partai Demokrat," terangnya.

JAKARTA - Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Syamsuddin Haris, serta pengamat politik Dr Fachri Ali, sependapat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News