Paviliun Indonesia di Ukraina Ajang Promosi Budaya Bangsa

Paviliun Indonesia di Ukraina Ajang Promosi Budaya Bangsa
Dubes RI Untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy Chrisnandy saat peresmian Paviliun Indonesia di Gryshko National Botanical Garden, Kyiv. Foto: Istimewa

“Untuk Grand Launching, rencananya akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo medio tahun depan saat rencana berkunjung ke Ukraina,” ujar Mantan Menteri PAN dan RB tersebut.

Yuddy mengatakan untuk membuat situs budaya Indonesia itu diperlukan sentuhan dan keahlian dari karya seniman budaya kita. Sehebat-hebatnya ahli kesenian, bangunan atau patung dari Ukraina, tentu tidak bisa menjiwai seni budaya dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk membuat sebuah situs budaya Indonesia harus didatangkan seniman Indonesia.

Untuk membangun sebuah situs kebudayaan Indonesia di luas lahan yang untuk dibangun seluas 5000 meter persegi dihamparan sekitar satu hektar, itu tantangan yang paling berat. Apakah ada yang bisa diminta bantuan untuk datang, merencanakan dan kemudian mengerjakan (paviliun) itu.

Tantangan berikutnya, lanjut Yuddy, di lokasi itu harus dibangun bangunan yang menjadi khas Indonesia. Perbedaannya harus tampak baik dari warnanya, dari atapnya dan arsitekturnya. Jika pengunjung saat ini melihat arsitektur Paviliun Indonesia, mereka akan menyadari bahwa ini pasti bukan bangunan Eropa, ini bukan bangunan Ukraina ini pasti Asia. Dan ketika pengunjung menyadari itu Indonesia maka dia akan menemukan pengetahuan budaya tradisional Indonesia.

Beruntung, ungkap Yuddy, dirinya dibantu oleh seorang arsitek bangunan Sunda, Jatnika Nanggamiharja atau dikenal dengan Ki Jatnika, dari Yayasan bambu Indonesia, Cibinong. Ia bersedia datang ke Kyiv pada 9 hingga 11 Juni 2017 lalu dengan timnya. Ki Djatnika kemudian merancang rumah arsitektur Sunda yang juga menjadi prototype dengan arsitektur Jawa baik itu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta dan juga beberapa daerah lainnya.

Lebih dari itu, menurut Yuddy, ia membantu mengerahkan 3 orang seniman yang merangkap “tukang” dari Yayasan Bambu Indonesia untuk mendesain sekaligus membangun Paviliun tersebut. Ketiga orang ini. Hikmatullah atau Mang Ujang, Aden Soma alias Mang Aden dan Yudi wahyudi alias Mang Yudi yang menuntaskan pembangunannya, yang tentu dibantu oleh berbagai pihak.

Tim KBRI Kyiv, lanjut Yuddy, tinggal mengawasi dan memastikan mana yang bisa dikerjakan oleh orang Ukraina, dan mana bagian yang hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang Indonesia. Mengingat Ukraina mempunyai musim dingin yang ekstrim, maka waktu pembangunan dibatasi hanya 3 bulan.

“Ini menjadi kendala dan tantangan yang luar biasa. Terlebih kultur dan Bahasa yang berbeda antara para pekerja yang mengerjakan kegiatan tersebut. Namun atas dukungan semua pihak termasuk pemerintah Ukraina, semua bisa diatasi dengan baik. KBRI hanya memfasilitasi keberangkatan, tempat tinggal dan logistik termasuk jaket tahan salju, makanan dan peralatan,” katanya.

Dubes RI di Kyiv Yuddy Chrisnandi mengatakan tujuan pembangunan anjungan dan taman Indonesia adalah untuk meningkatkan hubungan persahabatan RI dan Ukraina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News