Peluang Medsos

Oleh: Dahlan Iskan

Peluang Medsos
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Kali ini beda. Sejak sehari sebelumnya ribuan pendukung Trump sudah membanjiri Washington DC. Keadaan sudah tegang.

Sang ayah akhirnya mengajukan jalan kompromi kepada gadisnya: Si Gadis diajak ke Capitol. Agar tetap bisa terus bersama. Ketika sang ayah bersidang, si gadis menunggu di ruang lain.

Ketika pendukung Trump memecahkan kaca Capitol sidang masih berlangsung. Raskin kepikiran anak gadisnya. Ia cari di ruang lain. Ketemu. Lagi sembunyi di bawah meja.

Raskin mendengar teriakan semakin dekat. "Gantung Mike Pence," bunyi teriakan itu. Itulah nama wakil presiden. Yang dianggap berkhianat kepada Trump.

Sebenarnya Pence tidak berkhianat. Sudah empat tahun ia setia –sambil menahan diri. Tapi hari itu ia tidak bisa tidak mengesahkan kemenangan Biden. Memang ia ketua sidangnya. Dan Trump berharap banyak.

"Tangkap Nancy Pelosi!" teriak yang lain. Ketua DPR ini memang lawan bebuyutan Trump.

Ayah-anak itu pun bertemu. Berangkulan. Lalu pindah ke tempat persembunyian. Bersama anggota Kongres lainnya.

Ruangan persembunyian ini tanpa jendela. Sampai sekarang masih dirahasiakan di sebelah mana. Raskin merasa tidak aman: banyak yang tidak pakai masker. Yakni yang dari Partai Republik. Lima orang akhirnya memang terkena Covid. Hasil dari persembunyian itu.

Anak itu mengalami depresi. Bunuh diri. Tabitha tidak ingin hari berikutnya adalah hari pengunduran sang bapak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News