Pemberontakan Malam Tahun Baru (1)

Pemberontakan Malam Tahun Baru (1)
Koran Djago! Djago! yang diterbitkan PKI Minangkabau. Koran ini menyelaraskan ajaran Islam dan komunisme. Foto: Istimewa.

Menurut Audrey Kahin dalam buku Dari Pemberontakan Ke Integrasi, saat Konferensi Prambanan, yang paling bersemangat menyuarakan pemberontakan adalah Sutan Said Ali, delegasi PKI Minang.

Di Jawa, pemberontakan PKI meletus serentak pada 12 November 1926. Namun tak lama berhasil dipatahkan pemerintah Hindia Belanda.

Di Sumatera, rencana pemberontakan di kocok ulang karena gempa bumi dan letusan Gunung Marapi, 28 Juni 1926 meluluh-lantakkan nagari Padang Panjang yang rencananya dijadikan pusat perlawanan.

Setelah Padang Panjang, basis yang terkuat di Sumatera adalah PKI cabang Silungkang, wilayah perlintasan kereta api antara kota tambang Sawahlunto dan Solok. 

Ada kemungkinan apabila Silungkang bertindak, maka cabang-cabang lain akan ikut berontak.

Maka, pusat pemberontakan pun dipindahkan ke kota ini.

Nah, mengingat gagalnya pemberontakan di Jawa, dalam rapat para pimpinan PKI Minang di Silungkang, 20 Desember 1926, muncul keraguan; revolusi di Minangkabau juga tidak mungkin berhasil. 

Karena mulai ragu-ragu itulah, Kamaruddin gelar Manggulung mengacungkan pistol, dan meminta yang tak setuju angkat tangan.

PEMBERONTAKAN dimulai pukul 00.01, saat tuan-tuan dan noni-noni Belanda itu mabuk-mabukan dan berdansa-dansi merayakan malam tahun baru 1927. Begitu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News