Penderita ISPA Cenderung Meningkat

Penderita ISPA Cenderung Meningkat
Ilustrasi : pixabay

jpnn.com, SURABAYA - Dalam tiga bulan terakhir, jumlah penderita Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Surabaya meningkat. Beberapa penyebabnya adalah cuaca dan kondisi lingkungan yang kurang terjaga.

Berdasar data RS PKU Muhammadiyah Surabaya, jumlah pasien ISPA pada Juni mencapai 213 pasien. Jumlah itu meningkat pada Juli sebanyak 230 pasien. Hingga Senin (27/8), jumlah pasien ISPA mencapai 235 pasien. Dokter RS PKU Muhammadiyah Surabaya Dwi Ariawan Tauhid Rachman mengatakan, dari ratusan kasus ISPA yang masuk, mayoritas dialami balita. Yakni, pada rentang usia 1-5 tahun. "Karena imunitas masih rendah," katanya.

Gejala yang umum dialami saat ISPA adalah batuk dan pilek. Menurut dia, kondisi itu bisa terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya, kurang terjaganya kebersihan lingkungan, kurangnya ventilasi udara, kebiasaan merokok dekat anak, dan kurangnya kebiasaan mencuci tangan.

Dia mengakui, masyarakat di permukiman padat seperti di kawasan Surabaya Utara memang rentan terjangkit penyakit. Terutama anak-anak. "Berbaur dengan masyarakat dewasa, kena asap rokok, jajan sembarangan di warung, kondisi rumah yang mepet-mepet, macam-macam," tuturnya.

Demikian pula, orang dewasa yang terkena flu rentan menularkan virusnya kepada anak-anak ketika berinteraksi. Dwi mengatakan, pasien yang masuk ke RS memang belum sampai dalam taraf sesak napas. Meski begitu, ISPA tidak bisa dianggap remeh.

Sebab, terang dia, virus yang mengakibatkan ISPA bisa berkembang ketika daya tahan tubuh menurun. Jika sistem imun tidak dijaga, bakteri akan masuk dan penyakit menjadi lebih berat. "Bisa radang paru-paru, batuk tidak sembuh-sembuh, dan sesak," jelasnya.

Karena itu, pada kondisi awal, Dwi menyarankan untuk meringankan gejala. Yakni, memperbaiki imunitas atau kekebalan tubuh. Caranya adalah dengan menjaga asupan makanan dan kebersihan diri. "Cuaca panas juga berpengaruh. Terkadang orang tua membelikan es atau jajanan yang dimaui anak demi menghindari anak tidak menangis," katanya.

Kondisi serupa terlihat di RS PHC Tanjung Perak. Dokter RS PHC M. Lutfi mengatakan, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan mendominasi kasus-kasus yang masuk di klinik umum. Bahkan, persentasenya mencapai 75 persen.

Di antaranya, kurang terjaganya kebersihan lingkungan, kurangnya ventilasi udara, kebiasaan merokok dekat anak, dan kurangnya kebiasaan mencuci tangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News