Pendiri House of Tilawah Moh Miqdar Zyal Fikar

Tinggalkan Dunia Modeling untuk Fokus Mengajar Ngaji

Pendiri House of Tilawah Moh Miqdar Zyal Fikar
Zulfikar sejak 2013 fokus di Sidoarjo untuk mengembangkan HOT. Foto: Khafidlul Ulum/Jawa Pos

Zulfikar tidak pernah menghitung berapa rupiah yang sudah dia keluarkan. Setiap punya uang, dia langsung menggunakannya untuk membeli bahan bangunan dan membayar tukang. ”Kalau dihitung, mungkin sudah miliaran,” terang dia, lantas terkekeh.

Biaya itu diambil dari tabungan sendiri. Untuk mewujudkan mimpinya tersebut, dia menjual dua mobilnya, Toyota Fortuner dan Odyssey. Yang tersisa hanya mobil Mercy lawas yang menemaninya mengisi acara.

Anak pasangan KH Moh Rodji Shihab dan Husnul Khotimah itu tidak tahu kapan pembangunan tersebut selesai. Namun, dia berharap bisa segera rampung karena para siswa HOT sudah tidak sabar untuk menempatinya. Zulfikar mengatakan, jumlah siswa yang belajar di HOT sekitar 300 orang. Bukan hanya anak-anak, banyak pula yang sudah bapak-bapak dan ibu-ibu. Selain masyarakat biasa, ada direktur perusahaan dan perwira polisi yang belajar mengaji kepadanya. Dia tidak pernah memungut bayaran kepada para muridnya itu.

Selain mengajar siswa HOT dan mengisi acara di dalam negeri, pria kelahiran 14 September 1980 itu sering diundang ke luar negeri. Di antaranya, Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Khusus Malaysia, dia rutin datang setiap bulan.

Zulfikar mendalami seni membaca Alquran ketika mondok di Pesantren Sabilun Najah, Watu Kosek, Pasuruan. Dia belajar berbagai seni membaca Alquran yang indah. Selain mondok, dia sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mojokerto. Jadi, pagi belajar di sekolah formal, sore pulang ke pondok. ”Jarak sekolah dan pondok lumayan jauh. Sekitar 15 kilometer,” terang ayah Veryal Eisha Aqila, Zahwa Heyralva Zahra, Moh Haidar Ashraaf, dan Afro’ Humaira itu.

Ketika sekolah di MAN Mojokerto, dia kenal dengan guru biologi yang juga dokter. Istri guru itu seorang fashion designer. Melihat wajah Zulfikar yang tampan, guru tersebut menawarinya untuk menjadi model. Dia diminta ikut pemilihan model busana muslim.

Zulfikar menyambut tawaran tersebut. Berangkatlah dia ke Surabaya untuk mengikuti lomba model. Debut itu berbuah manis. Dia menjadi juara pertama. ”Itu jalan yang membuka saya jadi model,” katanya.

Sejak itu, dia bebera pakali ikut event model. Ketika kuliah di IAIN Sunan Ampel pada 1998, dia semakin aktif ikut kompetisi. Zulfikar pernah meraih juara I top model busana muslim. Dia juga ikut pemilihan bintang iklan. Pada 1999, dia ditawari pemilihan Guk-Yuk Sidoarjo. ”Saat itu saya mewakili Kecamatan Taman, padahal saya asli Porong. Saya diminta Pak Camat Taman karena kebetulan beliau kenal saya,” ujar dia.

Zulfikar berkali-kali melihat smartphone-nya. Tidak hanya membalas pesan yang masuk, tapi dia juga melihat undangan acara yang dikirim kepadanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News