Penembakan Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo Bukan soal Senior Junior, tetapi

Penembakan Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo Bukan soal Senior Junior, tetapi
Rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, tempat kejadian baku tembak polisi yang menyebabkan Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas. Foto: Mercurius Thomos Mone/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel berpendapat baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) lalu, bukan soal senioratau junior.

Dalam insiden mengerikan itu, Brigadir J yang bertugas sebagai sopir pribadi istri Irjen Ferdy Sambo, tewas ditembak Bharada E.

Reza pun menyoroti adanya pihak yang berpendapat bahwa "Personel berpangkat rendah tidak akan berani melawan personel berpangkat tinggi".

Asumsi itu kemungkinan muncul lantaran Bharada E merupakan juniornya Brigadir J secara kepangkatan di Polri.

Reza dalam analisisnya menyebut kalimat itu mengindikasikan adanya kesadaran yang memungkinkan bekerjanya rasionalitas yang memungkinkan satu pihak menilai pihak lain dan situasi yang dia hadapi.

"Agar dapat berpikir rasional, individu membutuhkan waktu yang cukup sehingga pertimbangan (kalkulasi) berjalan dengan normal," kata Reza kepada JPNN.com, Sabtu (16/7).

Pria yang pernah menjadi pengajar di STIK/PTIK itu mengatakan personel polisi dilatih untuk terbiasa berpikir secara rasional.

Dengan rasionalitas yang baik, personel akan tahu persis pihak yang tengah dihadapi dan bagaimana dia secara tepat mesti bertindak-tanduk di hadapan pihak tersebut.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel sebut penembakan Brigadir J oleh Bharada E di rumah Irjen Ferdy Sambo bukan masalah senior atau junior. Tetapi...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News