Pengalaman Salat Idul Fitri di Ulan Bator, Mongolia
Ketemu "Mescid" Kecil, Jamaah Rela Berdesak-desakan
Rabu, 22 Agustus 2012 – 00:44 WIB
"Oh ada, saya punya nomor telepon orang sini yang bisa membantu Anda. Tapi, mungkin saya tidak salat. Ngantuk," katanya, lantas tergelak Sabtu lalu (18/8).
Orang itu bernama Jandos Sadel, pegawai negeri di Departemen Perburuhan Mongolia. Setelah saya telepon, Minggu pagi (19/8) pria keturunan Kazakstan itu menjemput saya dan anggota timnas Indonesia yang beragama Islam untuk salat Id di kawasan Temor Zam. Letaknya sekitar 5 kilometer dari Hotel Bayangol, tempat timnas Indonesia menginap.
Wajar saja bila tidak banyak yang tahu bahwa ada masjid di Ulan Bator. Sebab, masjid yang dimaksud tidak berbentuk masjid seperti pada umumnya. Melainkan, tempat ibadah itu berupa bangunan seperti rumah penduduk yang terselip di antara gedung-gedung. Ukurannya pun kecil, hanya sekitar 7 meter x 9 meter. Tak lebih besar daripada musala di kampung-kampung Indonesia.
Untuk menandai bahwa bangunan itu difungsikan sebagai tempat beribadah, ada tulisan "mescid" di dekat pintu masuk. Juga ada foto Masjidilharam dan Kakbah di dindingnya. Terdapat sebuah meja dan kursi kecil di bagian belakang. Di atasnya ada tumpukan Alquran dan kitab-kitab kajian Islam. Namun, tidak ada tempat wudu di sana. Hanya ada satu toilet dengan satu wastafel dan WC.
Meski sejak 1990 Partai Komunis Mongolia runtuh dan kebebasan beragama dijamin, tidak mudah mencari orang Islam dan masjid di Ulan Bator, ibu kota
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor