Penghuni Lapas Gunung Sindur Cuci Kaki Orang Tua dan Minta Maaf
Kalapas juga rutin melakukan pertemuan saat apel pagi dan tatap muka di tempat ibadah. Dua pekan sekali digelar sesi curhat.
Di saat itu ditekankan pemahaman bahwa semua narapidana memiliki hak yang sama. Tidak ada yang diistimewakan.
Setiap lapas punya cara berbeda mengimplementasikan revitalisasi. Begitu pula LAPAS Kelas III Gunung Sindur. Di sini, revitalisasi diarahkan pada pembinaan bakat dan kemampuan setiap WBP.
“Kami membangun perpustakaan di setiap blok. Ya, kecil saja, tapi buku-bukunya selalu ganti,” kata Sopiana. “Kami juga menyediakan peralatan musik, dengan waktu bermain setiap Jumat sore," tuturnya.
Khusus perpustakaan, LAPAS Kelas III Gunung Sindur bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor. Semuanya tanpa biaya.
Ada pula ruang video call, untuk memberi hak berkomunikasi narapidana kepada keluarganya. Khusus yang ini, pihak LAPAS bekerja sama dengan pihak swasta sebagai penyedia perangkat teknologi.
“Layanan pengobatan gratis kami lakukan dengan jemput bola,” kata Sopiana. “Dua perawat menyambangi setiap blok sebulan sekali untuk melihat kondisi kesehatan setiap warga binaan.”
Petugas Lapas juga melihat bakat setiap WBP dan memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat dan kemampuan.
- Kemenkumham Sulsel Berikan 5.931 Warga Binaan Remisi Lebaran 2024
- Rutan Tangerang Siap Bantu Polisi Ungkap Warga Binaan yang Terlibat Peredaran Narkoba
- Mardani Maming Keluar dari Lapas, KPK Merespons Begini
- Mardani Maming Disebut-sebut Plesiran, Kalapas Sukamiskin Angkat Bicara
- 6 Narapidana Lapas Sorong Sembunyi di Rumah Warga, Puluhan Buron
- Serang Petugas dengan Petasan, 53 Narapidana Lapas Sorong Kabur, Lihat tuh