Penjual Jamu, Sayur, dan Susu Jahe di Tengah Gempuran Wabah Corona

Penjual Jamu, Sayur, dan Susu Jahe di Tengah Gempuran Wabah Corona
Darman dan dagangannya saat melayani pembeli. Foto: Mesya/JPNN.com

"Informasi itu saya sebar ke semua langganan dan banyak yang pesan," kata Sri, tukang jamu keliling yang tinggal di kawasan Meruyung, Depok.

Perempuan usia 50 tahun ini mengaku tiap harinya menerima lebih dari 250 botol per hari sejak ada informasi antisipasi Corona.

Meski banyak pembeli, Mba Sri, sapaan akrabnya, menjual dengan harga standar Rp 25 ribu per botol. Tadinya Rp 20 ribu per botol, tetapi mendadak jahe merah dan temulawak naik harganya.

"Yang paling mencolok temulawak ya. Kalau jahe merah kan memang mahal. Lah temulawak dijual mahal juga karena tahu bisa jadi ramuan untuk penangkal Corona," tuturnya.

Dia menambahkan, setiap hari orderan ramuan mpon-mpon terus bertambah. Lantaran, banyak disebar lewat mulut ke mulut.

"Pelanggan saya kan banyak yang kerja jadi tidak ada waktu bikin mpon-mpon. Nah teman-temannya di kantor juga pesan. Makanya alhamdulilah beberapa hari ini orderan makin banyak saja," terangnya.

Sama halnya dengan Kang Asep, pedagang sayur keliling di kawasan Pondok Cabe. Meski waswas dengan corona, dia tetap ke Pasar Cimanggis membeli bahan dagangan untuk kebutuhan pelanggan.

Laki-laki asal Cilacap ini mengaku, selama corona, pendapatannya meningkat karena banyak emak-emak memilih masak sendiri ketimbang beli makanan jadi. Alhasil dagangannya laris manis.

Para penjual jamu, pedagang sayur keliling, juga penjual susu jahe merah, tetap eksis di tengah wabah virus corona, COVID-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News