Penyesalan Panggung

Oleh: Dahlan Iskan

Penyesalan Panggung
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Tinggi badannya 180 cm. Kekar. Ideal untuk adu fisik. Ia pesilat sejak SD. Lalu karateka sejak SMP. Ia suka menolong.

Perantau dari Malang ia beri pertolongan dan perlindungan. Juga yang dari Surabaya. Ia tidak membedakan Arek Malang atau Arek Suroboyo. Pokoknya Arek.

Kini umurnya sudah 65 tahun. Masih gagah dan wibawa. Pidatonya di Malang kemarin masih agitatif. Lihatlah videonya.

Namanya lebih terkenal sebagai Antok Baret. Yakni sejak rekaman lagu bersama Iwan Fals. Iwan-lah yang memberi nama itu. Diambil dari kebiasaan Antok mengenakan Baret. Pun sampai sekarang.

Ia preman yang juga pencipta lagu. Sudah sulit menghitung lagu yang ia ciptakan. Salah satunya: Laskar Bingung Menyerbu Jakarta. Ia sendiri yang menyanyikannya. Ada sembilan lagu di album Laskar itu. Yang enam lagu ciptaannya sendiri.

Ia preman yang religius. Pidatonya di Malang itu sarat dengan idiom-idiom agama.

Kesenimanannya juga diwujudkan dalam Warung Apresiasi. Yakni semacam padepokan seni di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan. Di situlah siapa pun bisa berekspresi. Silakan menyanyi. Bermusik. Atau berpuisi. Asal harus karyanya sendiri.

Antok juga pembaca puisi yang andal. Belum lama ini ia tampil di panggung. Baca puisi. Itu di ulang tahun ke 40 Kelompok Pengamen Jakarta. Kapolri juga hadir di ultah itu. Kapolri memotong tumpeng untuk Antok.

The New York Time, koran paling bergengsi di dunia, juga begitu menyudutkan polisi Indonesia. Anggaran pembelian gas air mata diungkap di situ.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News