Perceraian dan Perselingkuhan, Anak-anak jadi Korban
jpnn.com, JAKARTA - Masalah pribadi dua politisi menghebohkan dalam pekan ini. Pertama, tentang foto seorang politisi yang diduga punya skandal esek-esek.
Kedua, beredarnya surat gugatan cerai Ahok teradap istrinya, Veronica Tan.
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai, dua kasus itu semakin membenarkan sebuah hasil studi pada 2013 bahwa perceraian di kalangan politisi dua kali lebih tinggi daripada populasi umum. Selain itu jumlah skandal seks bertambah secara dramatis.
"Ekspektasi terhadap politisi yang bermoral sempurna memang sangat tinggi selama kampanye. Namun mendekati momen pencoblosan, ekspektasi itu cenderung turun," kata Reza, Senin (8/1).
Masyarakat, lanjutnya, lebih pragmatis. Terbukti, cuma 11 persen konstituen merasa berat memilih kandidat yang bercerai. Terhadap calon yang punya skandal seks, 40-an persen masyarakat tidak akan memilihnya.
"Perceraian tampaknya dianggap lebih bermoral ketimbang perselingkuhan, di mata khalayak," ucapnya.
Apapun itu, lanjut pengurus di LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) itu, konsekuensi terburuk sangat mungkin diderita anak-anak.
Anak-anak butuh stabilitas sebagai syarat lingkungan pengasuhan yang kondusif bagi proses tumbuh kembang mereka.
Perceraian kerap kali menjadikan anak-anak menjadi korban, karena sulit untuk sekadar bertemu orang tua mereka.
- Terungkap, Bentuk KDRT yang Dialami Paula Verhoeven
- Sebut Hubungan Arya Saloka & Putri Anne Baik, Kuasa Hukum: Tak Seperti yang Terlihat
- Hak Asuh Anak Diberikan Kepada Putri Anne, Arya Saloka Menerima?
- Konon Perceraian Memicu Fachri Albar Kembali Mengonsumsi Narkoba
- Beredar Draft Putusan Cerai Paula Verhoeven, Tim Kuasa Hukum Bilang Begini
- Komisi Yudisial Bakal Proses Aduan Paula Verhoeven