Peredaran Obat Palsu di Indonesia Masih Rendah

Peredaran Obat Palsu di Indonesia Masih Rendah
Peredaran Obat Palsu di Indonesia Masih Rendah
JAKARTA--Peredaran obat palsu di Indonesia masih rendah dibanding produk lainnya. Sebut saja minuman, oli, rokok, pakaian, software, dan barang dari kulit. Hal ini menurut Ketua Umum Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Widyaretna Buenastuti, menandakan kalau konsumen tidak bersedia menggunakan obat palsu yang masuk ke dalam tubuh karena dapat membahayakan kesehatan serta mengancam keselamatan jiwanya.

"Dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terhadap 500 responden di Jakarta dan Surabaya, menunjukkan barang palsu terendah adalah farmasi (3,5 persen) dan tertinggi barang dari kulit (35,7 persen)," ungkap Widyaretna dalam keterangan persnya, Minggu (6/11).

Adapun hasilnya temuan barang palsu tersebut adalah farmasi (3,5 persen), kosmetika (6,4 persen), oli (7 persen), pestisida (7,7 persen), minuman (8,9 persen), rokok (11,5 persen), elektronik (13,7 persen), lampu (16,4 persen), spare parts (16,8 persen), pakaian (30,2 persen), software (34,1 persen), barang dari kulit (35,7 persen).

"Kalau dilihat dari data survei ini, pemalsuan tertinggi ada di barang dari kulit dan perangkat lunak. Kedua jenis barang ini memiliki perbedaan harga yang sangat tinggi antara produk asli dan palsu," papar Widyaretna.

JAKARTA--Peredaran obat palsu di Indonesia masih rendah dibanding produk lainnya. Sebut saja minuman, oli, rokok, pakaian, software, dan barang dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News