Perekonomian Belum Berefek ke Penciptaan Lapangan Kerja

Sayangnya, sektor ritel justru anjlok, sementara banyak industri manufaktur padat karya yang kesulitan. “Padahal mereka banyak menciptakan lapangan kerja. Jadi agak aneh kalau kedua sektor ini mencatat tambahan pekerjaan yang besar,” tuturnya.
Sedangkan berdasar variabel rasio penciptaan kerja, data menunjukkan perekonomian nasional pada 2015-2016 hanya menciptakan lapangan kerja sekitar 290-340 ribu per 1 persen pertumbuhan. Padahal jika situasi normal, kata Dradjad, seharusnya per 1 persen pertumbuhan ekonomi bisa pada menciptakan 500 ribu lapangan pekerjaan.
“Artinya, ekonomi Indonesia bukan hanya stagnan pertumbuhannya, tapi kemampuan penciptaan kerjanya juga di bawah normal,” ulasnya.
Karena itu Dradjad juga meragukan rasio penciptaan kerja 2017 yang melonjak hingga 640 ribu per 1 persen pertumbuhan. Bahkan, katanya, angka itu terlalu tinggi dibanding masa Orde Baru.
“Sumber terbesarnya dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Banyak pekerjaan dalam sektor ini yang kurang layak sebenarnya. Sementara, besarnya angka penciptaan kerja dari perdagangan dan industri kurang sesuai dengan situasi lapangan,” tegasnya.
Mantan legislator PAN di komisi keuangan DPR itu menambahkan, jika pemerintah hendak mengatasi kemiskinan dan ketimpangan maka kuncinya adalah menciptakan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. “Ini perlu diperbaiki segera,” pungkasnya.(jpg/jpnn)
Efek lonjakan jumlah penduduk bekerja terhadap pertumbuhan ekonomi perlu diragukan. Sebab, tambahannya ada pada sektor jasa kemasyarakat dan perorangan.
Redaktur & Reporter : Antoni
- Prabowo Berkomentar soal Ijazah Palsu Jokowi, Pengamat Beri Penilaian
- Pertumbuhan Ekonomi Melemah, Marwan Demokrat: Saatnya Pemerintah Ambil Langkah Nyata & Terukur
- Waka MPR Eddy Soeparno Optimistis MBG hingga Kopdes Merah Putih Bikin Ekonomi Tumbuh
- Pengamat: Masyarakat Tak Rela Prabowo Terkontaminasi Jokowi
- Indonesia Investment Outlook 2025 Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
- Prabowo: Saya Dibilang Presiden Boneka, Dikendalikan Pak Jokowi, Itu Tidak Benar