Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri
Jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) di Tawau, Sabah, Malaysia diperkirakan mencapai puluhan ribu orang. Perjalanan laut menggunakan perahu motor dari Tawau ke Sebatik hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam.
Menurut Suniman, pesantren di Sebatik tidak hanya memiliki santri dari warga setempat, tetapi juga dari Sabah.
"Anak-anak dari Tawau masih banyak yang mau belajar disini. Cuma keterbatasan mereka," tuturnya.
Khusus Pesantren Al Khairaat, sampai saat ini masih membutuhkan ruang kelas dan asrama yang layak, serta pagar kompleks.
"Mungkin total anggarannya itu sekitar Rp 5 miliar," kata Suniman.
Saat ini pesantren itu masih mengandalkan dana dari swadaya masyarakat. Misalnya, untuk pembangunan musala pun masih mengandalkan donasi dari warga.
"Musala ini masih hibah dari masyarakat. Jadi, belum ada bantuan dari pemerintah," tutur Suniman.
Oleh karena itu, dia mengharapkan pemerintah bisa memperhatikan pendidikan, terutama pondok pesantren di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia itu.
Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan yang lebih dikenal sebagai wilayah terluar ternyata juga daerah pencetak santri. Simak informasinya.
- Kurir 2 Kilogram Sabu-Sabu dari Malaysia Ditangkap Polda Sumut
- Sodomi 5 Santri, Oknum Guru Ini Ditangkap Polisi
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- FISIP UPN Veteran Jakarta & UiTM Implementasikan Kerja Sama Dua Fakultas
- Begini Respons Risma soal Namanya Dikantongi PDIP untuk Pilkada Jakarta
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza