Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri

"Pemerintah memperhatikan sekolah swasta, pesantren, begitu juga sebaliknya," harap Suniman.
Salah satu santri Ponpes Al Khairaat Sebatik, Muhammad Syahril, mengharapkan kelak bisa meraih masa depan yang lebih baik ketimbang orang tuanya.
Syahril -sapaan akrabnya- menceritakan kesehariannya di pondok itu diawali dengan hafalan Al-Qur'an yang dilanjutkan pelajaran lainnya.
“Sehabis itu kami salat Zuhur, makan, dan istirahat. Setelah salat Asar kami baca ratib dulu baru belajar,” katanya.
Ada juga kegiatan yang bersifat santai. “Setelah belajar kami kadang main bermain bola atau prakarya," tutur Syahril.
Asa Syahril menemui titik cerah setelah Menteri Sosial Tri Rismaharini datang ke Ponpes Al Khairaat Sebatik guna memberikan bantuan berupa seragam dan tiga unit komputer.
"Senang sekali dapat bantuan. Seragam biasanya pakai sarung yang seperti ini dan pakai baju putih," kata Syahril.
Anak baru gede itu mengatakan Ponpes Al Khairaat pernah berencana menerapkan ujian berbasis komputer. Namun, rencana itu urung dilakukan karena ketiadaan komputer.
Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan yang lebih dikenal sebagai wilayah terluar ternyata juga daerah pencetak santri. Simak informasinya.
- Mantap! 2 UMKM Binaan Bea Cukai Nunukan Sukses Ekspor Produknya ke Malaysia
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Sudirman Cup 2025: Sempat Tertinggal 0-2, Jepang Mengalahkan Malaysia
- Ibas Ingatkan Pentingnya Perlindungan PMI dan Penguatan Keamanan Perbatasan
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia