Pesantren Kampung Minoritas: Siswa Keluarga Mualaf Gratis

Pesantren Kampung Minoritas: Siswa Keluarga Mualaf Gratis
Ustaz Deden Zainal Abidin (kanan) bercengkerama dengan anak didiknya. Foto Indra Mufarendra/Radar Malang/JPNN.com

Sama seperti KB-TK Anak Sholeh paket ketiga, SD Anak Sholeh juga menerapkan full day school. Deden menilai bahwa full day school tepat untuk diterapkan di daerah seperti Desa Sitiarjo.

”Lewat full day school, kami ingin membentengi anak dari pengaruh lingkungan yang mengkhawatirkan. Mulai dari kenakalan remaja hingga pornografi,” ujar dia.

Deden menyatakan, untuk SD pihaknya menerapkan sistem subsidi silang. Di mana anak yang berasal dari keluarga mampu dikenakan biaya penuh.

”Sementara untuk siswa dari keluarga tidak mampu, duafa, maupun mualaf, kami beri keringanan biaya. Bahkan, bisa gratis,” kata dia.

Tak hanya itu, KB, TK, maupun SD Anak Sholeh juga punya fasilitas mobil jemputan. ”Kami punya tiga sopir. Mereka bekerja secara sukarela,” ungkapnya.

Deden mengungkapkan, dirinya punya impian besar dalam membesarkan Pesantren Cinta Al Qur’an, KB-TK-SD Anak Sholeh.

”Prinsipnya, kami ingin memiliki sekolah yang berkarakter. Sekolah yang bisa dibanggakan orang kaya, tapi juga bisa membantu yang miskin,” jelas dia.

Lebih lanjut Deden menyatakan, motivasinya membangun sebuah pondok pesantren dan lembaga pendidikan bernapaskan Islam ini menguat usai mengikuti ajang Da’i Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) 2005 lalu.

Pesantren Cinta Al Qur’an Anak Sholeh berada di daerah pelosok yang warganya mayoritas nonmuslim. Pesantren di kampung minoritas ini diterapkan sistem modern.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News