Petani NTB Berhasil Tingkatkan Hasil Panen di Musim Kemarau

Petani NTB Berhasil Tingkatkan Hasil Panen di Musim Kemarau
Sejumlah petani melaksanankan panen padi jenis Inpari 40 di Desa Banyu Urip, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah NTB. Foto: Humas Kementan RI

jpnn.com, LOMBOK TENGAH - Meski sedang dilanda musim kemarau atau kering, petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) justru berhasil meningkatkan hasil panen. Produktivitas padi bahkan mencapai 6,5 juta ton per hektare.

“Di musim kering (kemarau, red) ini kami memperoleh padi enam ton lebih, padahal biasanya cuma dapat empat sampai lima ton per hektare,” ujar Saham, salah satu petani yang hadir di kegiatan Panen dan Temu Lapang di Desa Banyu Urip pada Kamis (6/9) lalu.

Meskipun musim kering sedang melanda wilayahnya, Sadam menuturkan bahwa sejumlah teknologi padi yang diperkenalkan Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) berhasil meningkatkan produktivitas. Teknologi tersebut meliputi penggunaan varietas unggul baru Inpari 40, penerapan metode tanam jajar legowo, aplikasi pupuk biosilika, serta sistem pengairan basah kering.

Saham pun optimistis pembinaan yang dilakukan oleh Balitbangtan dapat menjadi modal untuk kemandirian para petani.

“Beberapa teknologi seperti jenis padi, metode tanam, dan pupuk biosilika termasuk baru di sini, tapi karena ada pembinaan dari Balitbangtan maka hasilnya pun maksimal,” jelasnya.

Menurut peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, Ahmad Suryadi, masing-masing teknologi yang diterapkan memang memiliki kelebihan, misalnya Inpari 40. Varietas padi yang telah ditanam di lahan seluas 15 hektare ini mampu bertahan saat sawah mengalami kekeringan.

“Pada saat bunga padi mau keluar saluran air di sini sempat rusak sehingga sawahnya kering, tapi Inpari 40 ini masih bisa bertahan dibandingkan padi milik petani lain. Bahkan petani yang di ujung desa sana padinya kering,’ kisah Suryadi.

Selain Inpari 40, Suryadi pun menceritakan kelebihan sistem pengairan basah kering atau terbatas. Menurutnya, penerapan metode ini dapat menghemat air sebanyak 30 persen sehingga air hasil penghematan tersebut dapat dialihkan ke lahan kering lainnya.

Meski dilanda musim kering, petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten lombok Tengah, NTB justru berhasil meningkatkan hasil panen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News