Pilihannya, Merelakan Novanto atau Melawan Rakyat

Pilihannya, Merelakan Novanto atau Melawan Rakyat
Ketua Umum Golkar Setya Novanto (tengah) bersama sekretaris jenderalnya, Idrus Marham (kanan) dan ketua harian Nurdin Halid dalam rapat pleno di DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (18/7). Foto: Dery Ridwansah/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, Partai Golkar kini sedang berada dalam kondisi sulit.

Itu karena Golkar harus memilih antara merelakan Setya Novanto lengser dari kursi ketua umum atau melawan rakyat.

"Jika tetap mempertahankan Novanto, maka artinya melawan kehendak rakyat. Pemberitaan tentang Novanto akhir-akhir ini bagaikan sinetron berseri yang tak ada habis-habisnya," ujar Ujang di Jakarta, Sabtu (25/11).

Menurut Ujang, 'sinetron' tentang Novanto bukan malah mengangkat popularitas partai berlambang beringin tersebut.

Malah menjadi kampanye hitam yang jika tak segera dihentikan bakal semakin menggerus elektabilitas Golkar.

Lulusan program Doktor Universitas Indonesia ini menyadari, Novanto masih memiliki kekuatan untuk mempertahankan kekuasaannya.

"Novanto mugkin saja memegang kartu AS di Internal Golkar, tapi menurut saya dia lebih elok dan negarawan jika rela melepas jabatan yang melekat," ucapnya.

Selain itu, Novanto juga penting menyadari, kasus hukum yang dihadapi membuat citra dan elektabilitas partai yang dipimpinnya menjadi merosot.

Citra Partai Golkar di pemilu mendatang bisa rusak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News