Pilkada Serentak dan Momentum Menjaga Pertumbuhan Ekonomi
Oleh Dradjad H Wibowo*
Di sisi domestik, pada 2018 akan ada 171 pilkada serentak. Memang ada risiko politik di sini.
Namun, saya melihat pilkada lebih bernilai positif bagi perekonomian. Kenapa? Karena belanja KPU dan calon kepala daerah bisa menguatkan daya beli dan konsumsi rumah tangga, terutama di daerah.
Saat ini proporsi konsumsi rumah tangga adalah sekitar 55-56 persen PDB. Hitungan kasar saya, belanja pilkada bisa menyumbang tambahan pertumbuhan konsumsi sekitar 0,2-0,3 persen.
Ini jika efek multiplier-nya tidak dihitung, yang mungkin cukup besar karena yang naik adalah konsumsi di daerah.
Dengan dua faktor di atas, seharusnya Indonesia bisa mendobrak stagnansi pertumbuhan pada tahun 2018. Target 5,4 persen semestinya bisa relatif mudah dicapai.
Jika ingin lari lebih kencang, memang pemerintah perlu membenahi faktor domestik yang membuat kita kehilangan momentum tahun 2017. Contohnya antara lain kebijakan populis anti-bisnis dari beberapa beberapa kementerian serta kelemahan implementasi kebijakan ekspor dan investasi.(*****)
*Penulis adalah ekonom dan anggota Dewan Kehormatan PAN
Jika harga komoditas tumbuh di atas tujuh persen namun ekonomi nasional hanya tumbuh lima persen, berarti ada yang salah di sektor domestik.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Jurus Bea Cukai Parepare Dorong Laju Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- Pemerintah Optimistis Penguatan Ekonomi Syariah Mendongkrak Target Pertumbuhan 8% di 2029
- Perputaran Uang Judol Capai Rp1.200 Triliun, DPR: Ganggu Pertumbuhan Ekonomi
- Kinerja 2024 Moncer, Jasindo Perkuat Peran Pertumbuhan Ekonomi Nasional & Literasi Asuransi
- Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Kanwil Bea Cukai Jakarta Beri Fasilitas TBB ke Perusahaan Ini
- Langkah Prabowo Dinilai Jadi Pemantik Sentimen Positif IHSG