Pilot Mengaku Dihantam Badai

Sejak Dari Bandung, Lion Air Dikemudikan Kopilot

Pilot Mengaku Dihantam Badai
Pilot Mengaku Dihantam Badai
Melihat kondisi tersebut, Kapten Ghazali memutuskan untuk mengambil alih posisi sang kopilot. Pada ketinggian antara 400 dan 200 feet (122 dan 61 meter), pesawat itu terbang seperti melewati sebuah dinding air. Dalam kondisi itu, Ghazali memutuskan untuk batal mendarat dan menaikkan lagi pesawat itu.

Prosedur itu sebenarnya sudah menjadi standar di dunia penerbangan. Namun, Upayanya gagal dan pesawat itu terus menukik. "Kapten memutuskan untuk memutar, namun dia merasa pesawat terseret oleh angin. Karena itulah, dia menghantam laut," ujar sumber yang mewanti-wanti agar namanya tidak dipublikasikan itu.

Pengakuan sang pilot berbeda dengan pernyataan Kepala Stasiun Meteorologi Ngurah Rai Erasmus Kayadu. Dia menyatakan, tidak terjadi hujan saat kecelakaan itu terjadi dan jarak pandang mencapai 10 kilometer. Selain itu, kecepatan angin mencapai 11 kilometer per jam disertai banyak awan rendah, termasuk awan badai padat.

Pengakuan pilot jika dia gagal menaikkan pesawat memunculkan dugaan lain. Penyelidikan juga terfokus pada kemungkinan adanya pergeseran arah angin atau adanya arus bawah dari awan badai. Hal itu diistilahkan sebagai microburst. Dugaan tersebut didasari keterangan sejumlah saksi dan laporan cuaca.

JAKARTA--Penyebab kecelakaan pesawat Lion Air di perairan tepi bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, memang masih diselidiki. Namun, apa yang terjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News