Politikus PDIP Ansy Lema Menyoroti Persoalan Kemiskinan Petani NTT

Politikus PDIP Ansy Lema Menyoroti Persoalan Kemiskinan Petani NTT
Anggota DPR RI Dapil NTT II, Yohanis Fransiskus Lema menggelar diskusi dan konsultasi publik dengan tema “Kemiskinan dan Pola Pengembangan Lahan Kering NTT” di Aula DPD Propinsi NTT, Kota Kupang, Selasa (7/1). Foto: Dokpri

Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanes Oktavianus yang turut hadir dalam diskusi tersebut juga membenarkan kebutuhan petani NTT terhadap excavator. Menurutnya, excavator sangat dibutuhkan di NTT untuk menggemburkan tanah dan membuka lahan baru. “Apalagi, saat ini pemprov NTT sedang mengusahakan perluasan tanaman kelor,” ungkapnya.

Namun menurut Yohanes, pengadaan excavator dan alat pertanian lainnya perlu didukung oleh bengkel alat pertanian. Selama ini, katanya, banyak alat pertanian yang mangkrak akibat ketiadaan bengkel untuk perbaikan maupun perawatan.

Kurang Air dan Ketersediaan Lahan

Sementara itu, Tony Jogo, Penasehat Pertanian Gubernur NTT menilai, masalah utama para petani NTT adalah ketersediaan air. Menurutnya, mekanisasi pertanian memang sangat dibutuhkan, tetapi itu merupakan tahap lanjut setelah kebutuhan air sudah dipenuhi.

Ia juga menyoroti masa depan pertanian NTT di mana motivasi orang NTT untuk menjadi petani makin berkurang. “Usia petani di NTT makin kurang produktif, ini yang perlu diwaspadai ke depan” sebutnya.

Adapun, Akademisi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Zet Malelak mengungkapkan, tantangan pertanian NTT dan Indonesia pada umumnya adalah kekurangan lahan akibat geliat pembangunan infrastruktur. “Saat ini Indonesia tak terkecuali NTT mengalami deagrikulturalisasi,” katanya.

Di tengah kondisi tersebut, berdasarkan hasil penelitan, jumlah jam kerja petani sangat sedikit yakni 99 hari kerja/tahun. Selebihnya, para petani menganggur.

Untuk itu, Zet berharap para petani terus dimotivasi dan diberdayakan melalui pendampingan para penyuluh pertanian. Para penyuluh diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengetahuan petani, khususnya bagaimana memanfaatkan embung-embung yang sudah banyak dibangun di NTT.

Menurut Ansy, berbicara NTT tidak terlepas dari masalah kemiskinan yang telah lama menjadi masalah serius. Saat ini tingkat kemiskinan di NTT mencapai 21,09 persen tahun 2019, jauh di atas tingkat kemiskinan nasional yang hanya mencapai 9 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News