Presiden Ingin Petani Jual Hasil Panen Dalam Bentuk Beras

Presiden Ingin Petani Jual Hasil Panen Dalam Bentuk Beras
Presiden Joko Widodo meninjau satu satu pusat Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) Terintegrasi di Kawasan Transmigrasi, KTM Kabupaten Mesuji, Lampung, Minggu (21/1). Foto: Setpres

Jumadi yang juga menjadi Pengurus Tani Srimukti Desa Wonosari, Mesuji mengelola sawah seluas dua hektare dan setiap hektarenya bisa menghasilkan 7 ton gabah.

“Setelah panen 14 ton diapain?” tanya Presiden.

Jumadi menjelaskan dirinya menyimpan sebanyak 1 ton gabah dan sisanya sebanyak 13 ton gabah dijual. “13 ton dijual pas panen atau sudah jadi beras?” tanya Presiden. “Saat panen,” jawab Jumadi.

Harga gabah sebesar Rp 3.500 setiap kilogramnya, sedangkan beras berada di kisaran Rp10.000 - Rp11.000 per kilogram. Nah, Jokowi ingin produk pertanian seperti padi tidak ketinggalan zaman. Petani harus bisa mengelola secara baik industri pascapanennya.

Kegiatan tersebut meliputi pengeringan gabah, penggilingan, hingga pengemasan yang baik. "Apalagi diberi nama baik juga dikemas dalam kelompok besar petani, diberi merek. Itu akan memberi nilai tambah dengan menaikkan harga,” sebut mantan wali kota Solo itu.

Bahkan, Kepala Negara berharap para petani mulai berpikir untuk menjual hasil sawahnya tidak hanya di sekitar Mesuji, tapi juga ke provinsi lain, maupun diekspor ke negara lain. Sebab, khusus beras organik sekarang permintaan ekspornya cukup tinggi.

Penjualannya pun dapat dilakukan secara online melalui e-commerce dan media sosial. “Mulai harus seperti itu. Jadi pembelinya tidak sekitar itu kalau mulai online semua orang seluruh Indonesia, dunia, bisa membeli,” pungkas Presiden Ketujuh RI.(fat/jpnn)


Menurut Presiden, selama ini petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan panen, setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah.


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News