Puncak Kemarau, Kekeringan Berpotensi Meluas

Puncak Kemarau, Kekeringan Berpotensi Meluas
Warga mengalami krisis air bersih. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, NGANJUK - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sawahan, Nganjuk, Jatim memastikan bahwa September ini merupakan puncak musim kemarau. 

Karena itu, kekeringan di Kota Angin berpotensi meluas. Apalagi, hujan diprediksi baru turun November nanti.

Kepala Kelompok Teknisi (Kapoksi) BMKG Sawahan Sumber Harto mengungkapkan, cuaca ekstrem rawan terjadi di wilayah Nganjuk bagian utara.

Yaitu, hujan disertai angin kencang. "Hujan yang terjadi dalam beberapa hari ini sifatnya temporer. Paling lama terjadi lima hari, setelahnya panas lagi," jelas Harto.

Dampak kemarau panjang adalah kasus kekeringan di Nganjuk semakin luas. Warga yang tinggal di dataran tinggi akan sulit mengaliri sawah dan mencari air bersih untuk dikonsumsi.

Sementara itu, warga yang tinggal di permukiman tapi dekat dengan lahan pertanian juga terancam mengalami krisis air akibat penggalian sumur bor dengan kedalaman lebih dari 100 meter.

"Bisa dilihat, waduk dan air sungai sudah banyak yang mengering," bebernya.

Dengan panjangnya musim kemarau tahun ini, lanjut Harto, warga yang kekurangan air bersih juga semakin bertambah. Apalagi, hujan yang bersifat temporer tidak akan berdampak pada daerah kekeringan. Mereka tetap akan mengalami kesulitan air.

Hingga saat ini kebutuhan air bersih untuk sekali berangkat mencapai 20 tangki atau 100 ribu liter di wilayah kekeringan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News